BAB I
PENDAHULUAN
Penyakit darah yang tinggi
yang lebih
dikenal sebagai Hipertensi merupakan penyakit yang dapat perhatian dari semua
kalangan masyarakat mengigat dampak yang
timbulnya baik jangka pendek maupun jangka panjang. Sehingga membutuhkan
penanggulangan jangka panjang yang menyeluruh dan terpadu. Penyakit Hipertensi
menimbulkan angka morbidital (kesakitan) dan mortalitasnya (kematian) yang
tinggi.
Berdasarkan
penelitian yang telah dilakukan ternyata prevalensi (angka kejadian) hipertensi
meningkat dengan bertambahnya usia. Dari berbagai penelitian epidemiologis yang
dilakukan di Indonesia menunjukkan 1,8-26,8% penduduk yang berusia diatas 20
tahun adalah penderita Hipertensi.
Saat
ini terdapat kecendrungan bahwa masyarakat perkotaan lebih banyak menderita
hipetensi dibandingkan masyarakat pedesaan. Hal ini dihubungan dengan gaya
hidup masyarakat kota yang berhubungan dengan resiko penyakit hipertensi
seperti strees, oberitas (kegemukan), kurangnya olah raga, merokok, alkohol,
dan makanan-makanan tinggi kadar lemak.
Secara
umum masyarakat sering menghubungkan konsumsi garam dan hipertensi. Pengaruh
asupan garam dan hipertensi melalui peningkatan eksresi (pengeluaran) kelebihan
garam sehingga kembali pada keadaan hemodinamik (sistem pendarahan) yang
normal, pada hipertensi esensial mekanisme ini terganggu, disamping faktor lain
yang berpengaruh.
Obesitas
atau kegemukan dimana berat badan mencapai indeks massa > 27 (berat badan
kg) dibagi kuadrat tinggi badan (cm) juga merupakan salah satu faktor resiko
terhadap timbulnya hipertensi. (Anonim.,2011)
Adapun
maksud dari percobaan ini adalah untuk mengetahui efek Antihipertensi dari
suatu sediaan obat terhadap hewan uji Mencit (Mus musculus)
Tujuan
dari percobaan ini adalah untuk mengetahui efek antihipertensi dari suatu
sediaan obat yang diberikan secara oral pada hewan uji mencit (Mus musculus) dan juga mengamati tekanan
darah pada probandus sebelum dan sesudah minum kopi.
Adapun
prinsip dari percobaan adalah penentuan efek antihipertensi propanolol,
klonidin, dan captopril dengan membandingkan warna telinga mencit, serta
menentukan efek yang menaikkan tekanan darah yaitu cofein yang terdapat dalam
kopi terhadap manusia.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A.
TEORI UMUM
1. Uraian Hipertensi
Hipertensi
merupakan suatu kelainan, suatu gejala dari gangguan pada mekanisme regulasi
tekanan darah.
Penyebabnya
diketahui hanya lebih kurang 10% dari semua kasus, antara lain akibat penyakit
ginjal dan penciitan aorta/arteri ginjal, juga akibat tumor di anak. Ginjal
dengan efek over produksi hormon-hormon tertentu yang berkhasiat meningkatkan
tekanan darah (feochromcytoma). Dalam kebanyakan hal penyebabnya tidak di
ketahui, bentuk umum ini di sebut hipertensi esensial, faktor keturunan
berperan penting pada timbulnya jenis hipertensi ini.
Resiko
hipertensi yang tidak di obati adalah dan dapat menyebabkan kerusakan pada
jantung, otak dan mata. Tekanan darah yang terlampau tinggi menyebabkan jantung
memompa lebih keras, yang akhirnya dapat mengakibatkan gagal jantung
(decompensation) dengan rasa sesak dan udem di kaki. Pembuluh juga akan lebih
mengeras guna menahan tekanan darah yang meningkat. Pada umumnya resiko
terpenting adalah serangan otak (stroke, beroerta, kelumpuhan separuh tubuh)
akibat pecahnya suatu kapiler dan mungkin juga infark jantung. Begitu pula
cacat pada ginjal dan pembuluh mata. Yang dapat mengakibatkan kemunduran
penglihatan. Komplikasi otak dan jantung tersebut sering bersifat fatal, di
negara-negara Barat 30% lebih dari seluruh kematian disebabkan oleh hipertensi.
Hipertensi
tidak memberikan gejala khas, baru setelah beberapa tahun. Adakalanya pasien,
merasakan nyeri kepala pagi hari sebelum bangun tidur, nyeri ini biasanya
hilang setelah bangun, gangguan hanya dapat dikenali dengan pengukuran tensi.
2. Mekanisme Terjadinya Hipertensi
System Renin Angiontensin Aldosteron, singkatnya RAAS. Bila volume darah
yang mengalur melalui ginjal berkurang dan tekanan darah di glomeruli ginjal
menurun, misalnya karena penyempitan arteri setempat, maka ginjal dapat
membentuk dan melepaskan enzim proteolitis
rennin. Dalam plasma renin menghidrolisa protein angiotensinogen (yang
terbentuk dalam hati) menjadi angiotensin I (AT1). Zat ini dirubah
oleh enzim ACE (Angiotensin Converting
Enzym, yang disentesa antara lain di paru-paru) menjadi zat aktif
angiotensin II (AT2). AT2 ini antara lain berdaya
vasokonstriktif kuat dan menstimulasi sekresi hormon aldosteron oleh anak
ginjal dengan sifat retensi garam dan air. Akibatnya ialah volume dan tekanan
darah naik lagi.
(Tjay dan Raharja,2011)
3. Pembagian Hipertensi
Pembangian hipertensi
berdasarkan penyebabnya adalah :
a) Hipertensi Primer, adalah hipertensi yang tidak diketahui penyebabnya
(hipertensi esensial). Terjadi peningkatan kerja jantung akibat penyempitan pembuluh
darah tepi sebagian besar (90-95%) penderita termasuk hipertensi primer.
b) Hipertensi sekunder, merupakan hipertensi yang disebabkan oleh penyakit
sistemik lain. Misalnya gangguan hormon (eushing), penyempitan pembuluh darah
utamanya ginjal (stenosis arteri renalis) akibat penyakit ginjal dan penyakit
sistemik lainnya, jumlah hipertensi sekunder kurang dari 5% penduduk dewasa di
Amerika
Dikenal
juga keadaan yang disebut krisis
hipertensi, keadaan ini terbagi menjadi dua jenis yaitu
a) Hipertensi Emergensi, merupakan hipertensi gawat darurat, dimana TD
melebihi 180/120 mmHg disertai salah satu ancaman gangguan fungsi organ,
seperti otak (pendarah otak/stroke, ensefalopi, hipertensi), jantung (gagal
jantung kiri, akut, penyakit jantung kroner
akut), paru (bendungan diparu) dan eklampsia, atau TD dapat lebih rendah dari
180/120 mmHg tetapi dengan salah satu gejala gangguan organ di atas yang sudah
nyata timbul, jika TD tidak segera
diturunkan dapat mengakibatkan komplikasi yang menetap, oleh karena itu harus
diturunkan dengan obat intravena (suntikan) yang bekerja cepat dalam beberapa
menit maksimal satu jam.
b) Hipertensi urgensi, TD sangat tinggi (> 180/120 mmHg), tetapi belum
ada gejala seperti di atas, TD tidak harus di turunkan secara cepat, tetapi
dalam hitungan jam sampai dengan hari, dengan obat oral, gejalanya berupa sakit
kepala hebat/berputar (ventigo), mual, muntah, pusing/melayang, penglihatan
kabur, mimisan, sesak nafas, gangguan cemas berat, tetapi tidak ada kerusakan
target organ.
(Anonim.,2011)
4. Obat-obat yang digunakan untuk terapi Hipertensi
a)
Diuretik
Diuretik menurunkan
tekanan darah dengan menyebabakan diuresis. Pengurangan volume plasma dan
stroke volume (su) berhubungan dengan diuresis dalam penurunan curah jantung
(cardiac output, co) dan tekanan darah pada akhirnya. Contohnya Furosemid, HCT, Spironolakton,
manitol, Sorbitol.
b) Inhibitor Angiotensin-Converting Enzyme (ACE)
ACE membantu produksi
angiotensin II (berperan penting dalam regulasi tekanan darah arteri).
Inhibitor ACE menurunkan tekanan darah pada penderita dengan aktifitas renin
plasma normal, bradikinin, dan produksi jaringan ACE yang penting dalam
hipertensi. Contohnya Captopril,
Kuinopril.
c) Penghambat Reseptor Angiotensin II (ARB)
ARB menahan langsung
reseptor angiotensin tipe I (ATI) reseptor yang memperantarai efek
angiotensin II. Cortohnya
Irbesartan, Iosartan.
d) Reseptor β-Bloker
Mekanisme hipotensin β
bloker tidak diketahui tetapi dapat melibatkan menurunnya curah jantung melalui
kronotropik negatif dan efek inotropik jantung dan inhibisi pelepasan renin
dari ginjal. Contohnya
Propranolol, Atenolol, Penbutolol.
e) Penghambat Saluran Kalsium (CCB)
CCB menyebabakan
relaksasi jantung dan otot polos dengan menghambat saluran kalsium yang
sensitif terhadap tegangan (voltage sensitive), sehingga mengurangi masuknya
kalsium ekstraseluler kedalam sel. Relaksasi otot vaskular menyebabkan
vasodilatasi dan berhubungan dengan reproduksi tekanan darah. Contohnya Verafamil, Diltiazem, Amlodipin.
f) Penghambat Reseptor
I
Menghibisi katekolamin
pada otot polos vaskular perifer yag memberikan efek vasodilatasi. Kelompok ini
tidak mengubah aktifitas reseptor
2 sehingga
tidak menimbulkan efek takikardia.contohnya
Fentolamin, Yohimbin, Doxasozin.
g) Antagonis
2 –
pusat
Menurunkan tekanan
darah yang pada umumnya dengan cara menstimulasi reseptor
2
adrenergik di otak. Contohnya Clonidin.
h) Reserpin
Mengosongkan
norefineprin dari saraf akhir simpatik dan memblok transpor norefineprin ke
dalam granul penyimpanan. Pada saat saraf terstimulasi, sejumlah norefineprin
(kurang dari jumlah biasanya) dilepaskan kedalam sinaps. Pengurangan tonus
simpatetik menurunkan resistensi perifer dan tekanan darah.
i) Vasodilatasi Arteri Langsung
Menyebabkan relaksasi
langsung otot polos arteriol. Aktifitas refleks baroreseptor dapat meningkatkan
aliran simpa tetik dari pusat vasomotor, meningkatkan denyut jantug, curah
jantung, dan pelepasan renin.
Contohnya Hidrolazin, dihidrolazin.
(Sukandar, 2008)
5.
Mekanisme Terjadinya Hipertensi
Mekanisme
terjadinya hipertensi adalah melalui terbentuknya angiotensin II dari
angiotensin I oleh angiotensin I-converting enzyme (ACE). ACE memegang peran
fisiologis penting dalam mengatur tekanan darah. Darah mengandung angiotensinogen
yang diproduksi di hati.
Selanjutnya oleh
hormon, renin (diproduksi oleh ginjal) akan diubah menjadi angiotensin I. Oleh
ACE yang terdapat di paru-paru, angiotensin I diubah menjadi angiotensin II.
Angiotensin II inilah yang memiliki peranan kunci dalam menaikkan tekanan darah
melalui dua aksi utama.
Aksi pertama
adalah meningkatkan sekresi hormon antidiuretik (ADH) dan rasa haus. ADH
diproduksi di hipotalamus (kelenjar pituitari) dan bekerja pada ginjal untuk
mengatur osmolalitas dan volume urin. Dengan meningkatnya ADH, sangat sedikit
urin yang diekskresikan ke luar tubuh (antidiuresis), sehingga menjadi pekat
dan tinggi osmolalitasnya.
Untuk
mengencerkannya, volume cairan ekstraseluler akan ditingkatkan dengan cara
menarik cairan dari bagian intraseluler. Akibatnya, volume darah meningkat, yang
pada akhirnya akan meningkatkan tekanan darah. Aksi kedua adalah menstimulasi
sekresi aldosteron dari korteks adrenal.
Aldosteron
merupakan hormon steroid yang memiliki peranan penting pada ginjal. Untuk
mengatur volume cairan ekstraseluler, aldosteron akan mengurangi ekskresi NaCl
(garam) dengan cara mereabsorpsinya dari tubulus ginjal. Naiknya konsentrasi
NaCl akan diencerkan kembali dengan cara meningkatkan volume cairan
ekstraseluler yang pada gilirannya akan meningkatkan volume dan tekanan darah.
(Anonim, 2011).
B.
URAIAN BAHAN
1. Alkohol (DIRJEN POM, 1979,
hal 65)
Nama Resmi : AETHANOLUM
Nama Lain :
Etanol, alkohol
Rumus Kimia : C2H6O
Pemerian : Cairan tak berwarna,
jernih, mudah menguap dan mudah menguap dan
mudah bergerak, bau khas, rasa panas. Mudah terbakar dengan memberikan nyala biru
yang berasap.
Kelarutan : Sangat mudah larut dalam air,
dalam kloroform
P,
dan dalam eter P.
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat, terlindung dari cahaya ditempat sejuk, jauh dari nyala api.
2.
Aquadest (DIRJEN POM, 1979, hal 96)
Nama Resmi :
AQUA DESTILLATA
Nama Lain :
Air suling
Rumus Kimia :
H2O
Berat Molekul :
18,02
Pemerian : Cairan
jernih, tidak berwarna, tidak berasa, tak
berasa.
Penyimpanan : Dalam wadah
tertutup baik.
3. Glukosa (DIRJEN POM, 1979,
hal 268)
Nama Resmi : GLUCOSUM
Nama Lain : Glukosa
Rumus Kimia : C6H12O6.H2O
Berat Molekul : 198,17
Pemerian : Hablur tidak berwarna, serbuk
hablur atau butiran putih, tidak berbau, rasa manis
Kelarutan : Sangat mudah
larut dalam air, sangat mudah larut dalam
air mendidih, agak sukar larut dalam
etanol (95%) P mendidih, sukar larut dalam etanol (95%) P
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik
4. Na. CMC
(DIRJEN POM,1979, hal 401)
Nama Resmi : NATRII
CARBOXYMETHYLCELLULOSUM
Nama Lain : Natrium
Karboksimetilselulosa
Pemerian : Serbuk atau butiran, putih atau putih kuning gading, tidak berbau atau
hampir tidak berbau, higroskopik.
Kelarutan : Mudah mendispersi dalam air, membentuk suspensi koloidal, tidak larut dalam etanol (95%) P, dalam eter P dan dalam
pelarut organik lain
Penyimpanan : Dalam wadah
tertutup rapat
C. URAIAN OBAT
1.
Epinefrin (DIRJEN POM, 1979, hal 238)
Nama Resmi : EPINEPHRINUM
Nama Lain : Epinefrina, Adrenalina
Rumus Kimia : C9H13NO3
Berat Molekul : 183,21
Pemerian : Serbuk hablur renik, putih
atau putih kuning
gading
Kelarutan : Agak sukar larut dalam air,
tidak larut dalam
etanol
(95%)P, dan dalam eter P, mudah larut dalam asam mieral, dalam natrium
hidroksida P dan dalam kalium hidroksida P, tetapi tidak larut dalam larutan
amonia dan dalam alkali karbonat. Tidak stabil dalam alkali atau netral,
berubah menjadi merah jika kena udara
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat berisi
nitrogen,
terlindung
dari cahaya
Kegunaan : Simpatomimetikum
Indikasi
: Pengobatan anafilaksis berupa bronkospasme akut atau eksaserbasi asma yang berat
Efek
Samping : Angina, aritmia jantung, nyeri dada, ansietas, pusing, sakit kepala, insomnia, tenggorokan kering, mual, muntah,
xerostomia, retensi urin akut
Mekanisme
Kerja : Menstimulasi reseptor
I, βI, β2 – adrenergik
yang berefek relaksasi otot polos bronki, stimulasi jantung, dan dilatasi
vaskulator otot skelet.
2.
Captopril (DIRJEN POM, 1979, hal167)
Nama Resmi : CAPTOPRILUM
Nama Lain : Kaptopril
Rumus Kimia : C9H15NO3S
Berat Molekul : 217,28
Pemerian : Serbuk hablur putih atau
hampir putih, bau khas
seperti
sulfida, melebur pada suhu 104o – 110o
Kelarutan : Mudah larut dalam air, dalam
metanol, dalam
etanol,
dan dalam kloroform
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat
3.
Klonidin (DIRJEN
POM, 1985, hal 244)
Nama Resmi : CLONIDINI HYDROCHLORIDUM
Nama Lain : Klonidin Hidroklorida
Rumus Kimia : C9H9Cl2N2.
HCl
Berat Molekul : 266,6
Pemerian : Serbuk hablur, putih atau
hampir putih
Kelarutan : Larut dalam
13 bagian air, dalam etanol mutlak, sukar larut dalam kloroform
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik
Indikasi
: Pengobatan hipertensi ringan hingga sedang, bisa digunakan sebagai obat tunggal ataupun kombinasi dengan obat
antihipertensi lain
Efek
Samping : Lethangi, sedasi,
konstipasi dab xerostomia, sakit kepala, pusing, patigue dan rasa lemah selama
terapi klonidin
Mekanisme
Kerja : Menstimulasi adrenoreseptor
alfa-2-stem
otak,sehingga
mengaktivasi penghambatan neuron, menghasilkan penurunan aliran simpatetik dan
SSP, penurunan resistensi perifer, resistensi vaskuler, resistensi vaskuler
renal, denyut jantung dan tekanan darah.
4.
Propanolol (DIRJEN POM, 1985, hal 709)
Nama Resmi : PROPANOLOLI HYDROCHLORIDUM
Nama Lain : Propanolol Hidrokloridum
Rumus Kimia : C16H21NO2.HCl
Berat Molekul : 295,81
Pemerian : Serbuk
hablur, putih atau hampir putih, tidak berbau, rasa
pahit.
Kelarutan : Larut dalam air dan dalam
etanol, sukar larut
dalam
kloroform, praktis tidak larut dalam eter.
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik, tidak
tembus cahaya.
Indikasi
: Hipertensi, angina pektoris, pheochromocytoma, essensial tremor, tetrallogy of fallot, aritmia, cyanotic spell,
pencegahan infark myocard, migrain, pengobatan gejala hypertropi sub aortic stenosis.
Efek
Samping : Jantung, SSP, gastroinstestional, hematologi, neuromoskuler, pernapasan, penurunan penglihatan.
Mekanisme
Kerja : Beta bloker adrenergik non selektif (anti aritmia
II), memblok secara kompetitif respon terhadap stimulasi alfa bloker dan beta bloker.
Adrenergik yang akan menghasilkan penurunan denyut jantung, kontraksi jantung.
Tekanan darah dan kebutuhan oksigen pada jantung.
Farmakodinamik : anti aritmia class II, beta adrenergik
bloker non selektif.
D.
URAIAN HEWAN UJI
1. Klasifikasi hewan uji
Kingdom : Animalia
Phylum : Chordata
Class : Mamalia
Ordo : Rodentia
Family : Muridae
Genus : Mus
Species : Mus musculus
(Anonim, 2007)
2. Morfologi
Mencit
(Mus musculus) adalah anggota muridae
(tikus-tikusan) yang berukuran kecil. Mencit mudah dijumpai di rumah-rumah dan
dikenal sebagai hewan pengganggu karena kebiasaannya menggigit mebel dan
barang-barang kecil lainnya, serta bersarang di sudut-sudut lemari. Hewan ini
diduga sebagai mamalia terbesar kedua di dunia setelah manusia. Mencit sangat
mudah menyesuaikan diri dengan perubahan yang dibuat mausia, bahkan jumlahnya
yang hidup liar di hutan barangkali lebih sedikit daripada yang tinggal di
perkotaan.
3. Karakteristik mencit (Mus
musculus) (Malole. 1989)
Berat badan dewasa : 25 – 40 g betina
20 – 40 g jantan
Lama hidup : 1,5 – 3 tahun
Laju pernapasan : 94 – 163 napas/menit
Denyut jantung : 325 – 780 denyut/menit
Perkembangbiakan : sepanjang tahun
Siklus estrus : 4 – 5 hari
Masa hamil : 19 – 21 hari
Temperatur tubuh : 36,5 – 38,00 C
Jumlah anak : 10 – 12 perkelahiran
Umur sapih : 21 – 28 hari
Tekanan darah : 113 – 147 / 81 – 106 mmHg
Berat lahir : 0,5 – 1,5 g
Volume darah : 76 – 80 mg/kg
BAB III
METODE KERJA
A. ALAT DAN BAHAN
1.
Alat yang digunakan
a.
Aluminium foil
b.
Batang Pengaduk
c.
Corong Gelas
d.
Erlenmeyer
e.
Gelas
f.
Gelas Kimia
g.
Gelas Ukur
h.
Kain Lap
i.
Kertas Perkamen
j.
Kompor
k.
Sendok Makan
l.
Sendok Tanduk
m.
Spignomanometer
n.
Spoit Oral dan Spoit Injeksi
o.
Stopwatch
p.
Steteskop
q.
Timbangan Analitik
r.
Wadah Botol
2.
Bahan yang digunakan
a.
Alkohol
b.
Aquadest
c.
Glukosa
d.
Kapas/tissue
e.
Kopi bubuk
f.
Mencit (Mus musculus)
g.
NaCMC 1%
h.
Probandus Manusia
i.
Suspensi Adrenalin
j.
Suspensi Obat Captopril
k.
Suspensi Obat Clonidine
l.
Suspensi Obat Propanolol
B. PROSEDUR KERJA
1.
Pembuatan Suspensi NaCMC 1%
a.
Disiapkan alat dan bahan
b.
Ditimbang 1 gram NaCMC 1% lalu
dilarutkan dalam 100 ml air panas, lalu diaduk sampai homogen
c.
Suspensi siap digunakan
2. Pembuatan injeksi adrenalin
a. Disiapkan alat dan bahan
b. Dipipet 1 ml epinefrin dan ditambahkan Aqua proinjeksi hingga 12,82 ml
c. Dari pengenceran diatas pipet
1ml dan ditambahkan volumenya dengan proinjeksi hingga 20 ml
d. Dimasukkan dalam wadah dan diberikan etiket
3.
Pembuatan Suspensi Obat Captopri
a.
Disiapkan alat dan bahan
b.
Ditimbang captopril yang telah
digerus dengan bobot 0,043 gram
c.
Dilarutkan dalam 50 ml NaCMC 1%
d.
Suspensi obat siap digunakan
4.
Pembuatan Suspensi Obat Clonidine
a.
Siapkan alat dan bahan
b.
Ditimbang klonidin yang telah
digerus dengan bobot 0,041 gram
c.
Dilarutkan dalam 50 ml NaCMC 1%
d.
Suspensi obat siap digunakan
5.
Pembuatan Suspensi Obat Propanolol
a.
Disiapkan alat dan bahan
b.
Ditimbang propanolol yang telah
digerus dengan bobot 0,048 gram
c.
Dilarutkan dalam 50 ml NaCMC 1%
d.
Suspensi obat siap digunakan
6. Perlakuan terhadap hewan uji mencit (Mus musculus)
a. Disiapkan alat dan bahan
b. Mencit ditimbang, dipuasakan dan dikelompokkan
c. Diberikan adrenalin secara subcutan, sebanyak 1ml dan didiamkan selama
15 menit.
d. Diamati vena marginalis hewan uji
e. Diberikan perlakuan dengan cara memberikan suspensi obat Propanolol,
Klonidin, Captopril, dan NaCMC 1% pada masing-masing hewan uji
f. Diamati dan dicatat perubahan warna vena marginalis pada telinga hewan
uji mencit (Mus musculus) pada menit
ke 15, 30, dan 45 menit
g. Dikumpulkan data yang diperoleh dan dibahas
h. Ditarik kesimpulan dari hasil percobaan
7. Perlakuan terhadap probandus Manusia
a. Disiapkan alat dan bahan
b. Disiapkan Dua probandus yaitu yang suka minum kopi dan yang tidak suka
minum kopi, dan diukur tekanan darah awal
c. Diminumkan kopi kepada dua probandus
d. Diukur kembali tekanan darah kedua probandus setelah menit ke 15, 30
dan 45 menit
8. Pengukuran TD dengan metode Auskultasi
a. Disiapkan alat dan bahan
b. Disiapkan probandus yang suka minum kopi dan yang tidak suka minum kopi
c. Lengan baju probandus diangkat sedikit
d. Manset dipasang pada lengan atas sekitar 3 jari dari arteri brankialis,
steteskop diletakkan pada arteri brankialis
e. Balon pompa dikunci,lalu dipompa sampai denyut jantung tidak terdengar
f. Dibuka kunci balon pompa perlahan-lahan lalu didengar bunyi pertama
sebagai sistol dan bunyi kedua sebagai diastol
g. Dicatat hasilnya dan dilepaskan manset dari lengan probandus
9. Pembuatan kopi
a. Disiapkan alat dan bahan
b. Diambil kopi lalu dimasukkan kedalam gelas, kemudian ditambahkan dengan
air panas
c. Kopi siap diminum
C.
TEKNIK PENGAMBILAN DATA
Pada
percobaan ini metode yang digunakan adalah metode eksperimental dengan
mengamati dengan mengamati telinga mencit dan mengukur tekanan darah dengan
menggunakan alat Spignomanometer pada probandus manusia setelah perlakuan
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A.
TABEL PENGAMATAN
1. Tabel pengamatan obat Antihipertensi terhadap hewan coba Mencit (Mus
musculus)
No
|
Perlakuan
|
BB
(g)
|
Induksi
adrenalin
|
Warna
Telinga
|
Ket
|
||
15’
|
30’
|
45’
|
|||||
1.
2.
3.
4.
|
NaCMC 1%
Propanolol
Klonidin
Captopril
|
25
21
21
24
|
+
+
+
+
|
++
+++ ++ ++ |
+++
++
+++ ++ |
+++
+++ +++ +++ |
+ =
pucat
++ =
sedang
+++ =
merah
|
2.
Tabel pengamatan pengaruh kopi
terhadap cardiovaskuler manusia
No
|
Perlakuan
|
Probandus
|
TD
awal (mmHg)
|
Setelah
perlakuan (mmHg)
|
||
10’
|
20’
|
30’
|
||||
1
|
Tidak
suka kopi
|
Abd.
Wahid S
|
110/70
|
130/100
|
120/90
|
110/70
|
2
|
Suka
kopi
|
Rahmat
Yunus
|
120/80
|
130/90
|
110/80
|
90/70
|
BAB V
PEMBAHASAN
Hipertensi
didefinisikan sebagai peningkatan tekanan darah sistolik sedikitnya 140 mmHg
atau tekanan darah diastolik sedikitnya 90 mmHg. Istilah tradisional tentang hipertensi
ringan dan sedang gagal menjelaskan pengaruh utama tekanan darah tinggi pada
penyakit kardiovaskular.
Tujuan
pengobatan penderita hipertensi idiopatik atau esensial adalah untuk mencegah
morbiditas (kesakitan) dan mortilitas (kematian) yang disebabakan oleh gangguan
dengan menggunakan cara yang paling nyaman. Tujuan utamanya adalah untuk
mencapai tekanan darah yang kurang dari 140/90 mmHg
Percobaan
ini memiliki dua variabel, yaitu uji obat Antihipertensi terhadap hewan uji
mencit (Mencit musculus) dengan
melihat tingkat kepucatan warna telinga mencit yaitu vena marginalis dan
pengaruh kopi terhadap kardiovaskuler probandus manusia dengan mengukur tekanan
darah pada probandus dan sesudah perlakuan dengan memakai alat spignomanometer.
Pada
percobaan ini menggunakan suspensi NaCMC 1% sebagai kontrol negatif untuk
membandingkan efek obat klonidin, captopril dan proanolol terhadap hewan uji
mencit, dan dilakukan pemilihan probandus yang bisa minum kopi dan yang tidak
bisa minum kopi.
Sebelum
diberikan perlakuan suspensi obat, terlebih dahulu diberikan adrenalin sebagai
penginduksi kenaikan tekanan darah karena adrenalin merupakan golongan obat
simpatomimietik yang dapat meningkatkan tekanan darah.
Dari hasil percobaan terhadap hewan uji mencit
diperoleh data yaitu setelah disuntikkan adrenalin vena marginalis pucat
artinya tekanan darahnya naik. Kemudian setelah pemberian NaCMC 1% pada menit
ke 15 agak pucat artinya tekanan darah menurun, sedangkan pada menit ke 30’ dan
45’ berwarna merah artinya tekanan darahnya normal kembali. Setelah pemberian
suspensi obat Propanolol, telinga mencit merah yang artinya tekanan darahnya
normal pada menit ke 15’ dan 45’. Sedangkan pada menit ke 30 telinga mencitagak
pucat. Setelah pemberian suspensi obat Clonidine pada menit ke 15’ telinga
mencit agak pucat, dan pada menit ke 30’ dan 45’ telinga mencit berwarna merah
yang menandakan bahwa tekanan darahnya normal kembali. Sedangkan pada pemberian
suspensi obat Captopril, pada menit ke 10’ dan 15’ vena marginalis mencit agak
memucat dan setelah menit ke 45’ vena marginalis mencit berwarna merah yang
berarti tekanan darah mencit normal kembali.
Kandungan
kaffein pada kopi dapat meningkatkan tekanan darah, terlihat dari perbandingan
antara probandus yang suka minup kopi dan yang tidak suka minum kopi. Probandus
yang suka minum kopi tekanan darahnya lebih tinggi dibandingkan probandus yang
tidak suka minum kopi yaitu 120/80 mmHg : 110/70 mmHg. Setelah diminumkan kopi
kedua probandus mengalami kenaikan tekanan darah tinggi yaitu 130/100 mmHg yang
tidak suka minum kopi, dan 130/90 mmHg pada probandus yang suka minum kopi,
pada menit ke 10’. Sedangkan pada menit ke 20’ tekanan darah menurun menjadi
110/70 mmHg pada probandus yang tidak suka minum kopi dan 90/70 mmHg pada
probandus yang suka minum kopi.
Pada
probandus yang biasa minum kopi terjadi peningkatan tekanan darah, namun tidak
signifikan. Sedangkan untuk probandus yang tidak biasa minum kopi, terjadi
peningkatan tekanan darah yang sangat signifikan. Peningkatan tekanan darah
karena pada kopi mengandung senyawa kaffein. Kaffein pada kopi berkhasiat
menciutkan pembuluh yang secara akut, yang dapat meningkatkan tekanan darah
karena terjadi gangguan ritme sementara.
Adapun
faktor kesalahan dari percobaan ini adalah :
1. Alat yang digunakan kurang steril
2. Penimbangan bahan yang kurang teliti dan pengukuran larutan yang kurang
teliti
3. Kekeliruan penggunaan Spignomanometer dan Steteskop
4. Pemberian obat kurang baik
BAB V
PENUTUP
A.
KESIMPULAN
Berdasarkan percobaan
yang dilakukan dapat disimpulkan bahwa :
1. Obat-obat Antihipertensi (Captopril, klonidin, dan propanolol)
memberikan efek penurunan tekanan darah dibandingkan dengan NaCMC 1% sebagai
pengontrol. Hal ini sesuai dengan literatur yang menyatakan bahwa Captopril,
klonidin, dan propanolol dapat menurunkan tekanan darah pada manusia
2. Kopi dapat meningkatkan tekanan darah pada manusia karena mengandung
senyawa kaffein yang berkhasiat menciutkan pembuluh darah
3. Efek kenaikan tekanan darah pada probandus manusia yang tidak suka
minum kopi lebih tinggi dibandingkan dengan probandus yang suka minum kopi
B.
SARAN
Kami
sebagai praktikan mengharapkan agar asisten dapat lebih membimbing dan memberikan
kebijakan pada praktikan sehingga kami dapat lebih memahami materi percobaan.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2007. Mencit. (Online). (Http://id.m.wikipedia.org/wiki/mencit). diakses 20 Oktober
2011 Pukul 20.00 WITA.
Dirjen POM1979. Farmakope Indonesia, Edisi III. Depkes
RI; Jakarta.
Dirjen POM.1985. Farmakope Indonesia, Edisi IV. Depkes
RI; Jakarta.
Dirjen .POM. 2007. Pelayanan Informasi Obat. Depkes
RI; Jakarta.
Gunawan, Gan, Sulistia. 2007. Farmakologi Dan Terapi, Edisi V. Gaya
Baru; Jakarta.
Price, Sylvia A.,2005. Patofisiologi : Konsep Klinis Proses-proses
Penyakit. EGC; Jakarta.
Sukandar,Elin,Yulianah.,2008.
ISO Farmakoterapi. ISFI; Jakarta.
Tjay,Hoan,Tan.,2007. Obat-Obat Penting. Gramedia; Jakarta.
Tim
Dosen Uit.,2011. Penuntun Praktikum
Farmaologi dan Toksikologi II.
Universitas Indonesia Timur; Makassar
LAMPIRAN
1.
SKEMA KERJA
a. Untuk hewan uji mencit (Mus
musculus)
Hewan uji
mencit (Mus musculus)
Dipuasakan
Ditimbang
Dikelompokkan
Diberikan adrenalain secara subkutan dan didiamkan
selama 15’
Diamati vena marginalis
Diberikan suspensi obat secara oral
Na. CMC 1 %
|
Propranolol
|
Klonidin
|
Captopril
|
Diamati perubahan warna vena marginalis pada menit ke
15, 30, dan 45
Data
Pembahasan
Kesimpulan
b. Untuk probandus
Disiapkan dua probandus
Suka
minum kopi
|
Tidak
suka minum kopi
|
Diukur tekanan darah awal
Diminumkan kopi
Diukur tekanan darah pada menit ke 15, 30 dan 45
Data
Pembahasan
Kesimpulan
2.
PERHITUNGAN DOSIS
a. Captopril 50 mg
Berat
Badan Mencit = 24 gram
Dosis
Konversi = 50 mg x 0,0026
=
Dosis
untuk mencit 30 gram =
x
0,13 mg
= 0,195 mg
%
sediaan
=
100 ml x 1mlx 0,195 mg
=
19,5 %
Berat
20 tablet = 4,5 gram
Berat
rata-rata = 0,225 gram
= 255mg
Berat
serbuk yang ditimbang =
x
0,195 mg
= 0,8775 mg
Dibuat
sediaan 50 ml =
x
0,8775 mg
=
43,875 mg
= 0,043 gram
Vp untuk mencit 24 gram =
x
1 ml = 0,8 ml
b. Klonidin 0,15 mg
Berat
Badan Mencit = 21 gram
Dosis
Konversi = 0,15 mg x 0,0026
=
Dosis
untuk mencit 30 gram =
x
0,00039 mg
=
%
sediaan
=
100 ml x 1ml x 0,000585 mg
= 0,0585 %
Berat
20 tablet = 4,17 gram
Berat
rata-rata = 0,2085 gram
=
208,5 mg
Berat
serbuk yang ditimbang =
x 0,000585 mg
= 0,81315 mg
Dibuat
sediaan 50 ml =
x
0,81315 mg
=
40.6579 mg
= 0,041 gram
Vp
untuk mencit 21 gram =
x
1 ml = 0,7 ml
c. Propanolol 40 mg
Berat
Badan Mencit = 21 gram
Dosis
Konversi = 40 mg
x 0,0026
= 0,104 mg / 20 g BB
Dosis
untuk mencit 30 gram =
x
0,104 mg
=
0,156 mg
%
sediaan
=
100 ml x 1mlx 0,156 mg
= 15,6 %
Berat
20 tablet = 4,97 gram
Berat
rata-rata = 0,2485 gram
=
248,5 mg
Berat
serbuk yang ditimbang =
x
0,156 mg
= 0,969 mg
Dibuat
sediaan 50 ml =
x
0,969 mg
=
48,46 mg
= 0,048 gram
Vp untuk mencit 21 gram =
x
1 ml = 0,7 ml
d. Efedrin 1 mg/ml
Dosis
untuk mencit = 1 mg x 0,0026
=
Dosis untuk mencit 30 g =
×
0,0026 mg
= 0,0039 mg
Pengenceran =
0,0039 : 1
1 : 256,41
Untuk
sediaan 20 ml 20 12,82
Diambil
1ml ad 12,
82 ml aqua pro injeksi
1
ml
ad 20 aq pro inj.
e. Na. CMC 1%
Dibuat 250 ml =
×
100 ml
=
2,5 g
2,5 g dilarutkan dalam 250 ml aquadest mendidih
Tidak ada komentar:
Posting Komentar