Rabu, 02 Januari 2013

LAPORAN LENGKAP ANTI HIPERTENSI



BAB I
PENDAHULUAN
Penyakit darah yang tinggi yang lebih dikenal sebagai Hipertensi merupakan penyakit yang dapat perhatian dari semua kalangan masyarakat mengigat  dampak yang timbulnya baik jangka pendek maupun jangka panjang. Sehingga membutuhkan penanggulangan jangka panjang yang menyeluruh dan terpadu. Penyakit Hipertensi menimbulkan angka morbidital (kesakitan) dan mortalitasnya (kematian) yang tinggi.
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan ternyata prevalensi (angka kejadian) hipertensi meningkat dengan bertambahnya usia. Dari berbagai penelitian epidemiologis yang dilakukan di Indonesia menunjukkan 1,8-26,8% penduduk yang berusia diatas 20 tahun adalah penderita Hipertensi.
Saat ini terdapat kecendrungan bahwa masyarakat perkotaan lebih banyak menderita hipetensi dibandingkan masyarakat pedesaan. Hal ini dihubungan dengan gaya hidup masyarakat kota yang berhubungan dengan resiko penyakit hipertensi seperti strees, oberitas (kegemukan), kurangnya olah raga, merokok, alkohol, dan makanan-makanan tinggi kadar lemak.
Secara umum masyarakat sering menghubungkan konsumsi garam dan hipertensi. Pengaruh asupan garam dan hipertensi melalui peningkatan eksresi (pengeluaran) kelebihan garam sehingga kembali pada keadaan hemodinamik (sistem pendarahan) yang normal, pada hipertensi esensial mekanisme ini terganggu, disamping faktor lain yang berpengaruh.
Obesitas atau kegemukan dimana berat badan mencapai indeks massa > 27 (berat badan kg) dibagi kuadrat tinggi badan (cm) juga merupakan salah satu faktor resiko terhadap timbulnya hipertensi. (Anonim.,2011)
Adapun maksud dari percobaan ini adalah untuk mengetahui efek Antihipertensi dari suatu sediaan obat terhadap hewan uji Mencit (Mus musculus)
Tujuan dari percobaan ini adalah untuk mengetahui efek antihipertensi dari suatu sediaan obat yang diberikan secara oral pada hewan uji mencit (Mus musculus) dan juga mengamati tekanan darah pada probandus sebelum dan sesudah minum kopi.
Adapun prinsip dari percobaan adalah penentuan efek antihipertensi propanolol, klonidin, dan captopril dengan membandingkan warna telinga mencit, serta menentukan efek yang menaikkan tekanan darah yaitu cofein yang terdapat dalam kopi terhadap manusia.



BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A.  TEORI UMUM
1.     Uraian Hipertensi
Hipertensi merupakan suatu kelainan, suatu gejala dari gangguan pada mekanisme regulasi tekanan darah.
Penyebabnya diketahui hanya lebih kurang 10% dari semua kasus, antara lain akibat penyakit ginjal dan penciitan aorta/arteri ginjal, juga akibat tumor di anak. Ginjal dengan efek over produksi hormon-hormon tertentu yang berkhasiat meningkatkan tekanan darah (feochromcytoma). Dalam kebanyakan hal penyebabnya tidak di ketahui, bentuk umum ini di sebut hipertensi esensial, faktor keturunan berperan penting pada timbulnya jenis hipertensi ini.
Resiko hipertensi yang tidak di obati adalah dan dapat menyebabkan kerusakan pada jantung, otak dan mata. Tekanan darah yang terlampau tinggi menyebabkan jantung memompa lebih keras, yang akhirnya dapat mengakibatkan gagal jantung (decompensation) dengan rasa sesak dan udem di kaki. Pembuluh juga akan lebih mengeras guna menahan tekanan darah yang meningkat. Pada umumnya resiko terpenting adalah serangan otak (stroke, beroerta, kelumpuhan separuh tubuh) akibat pecahnya suatu kapiler dan mungkin juga infark jantung. Begitu pula cacat pada ginjal dan pembuluh mata. Yang dapat mengakibatkan kemunduran penglihatan. Komplikasi otak dan jantung tersebut sering bersifat fatal, di negara-negara Barat 30% lebih dari seluruh kematian disebabkan oleh hipertensi.
Hipertensi tidak memberikan gejala khas, baru setelah beberapa tahun. Adakalanya pasien, merasakan nyeri kepala pagi hari sebelum bangun tidur, nyeri ini biasanya hilang setelah bangun, gangguan hanya dapat dikenali dengan pengukuran tensi.
2.     Mekanisme Terjadinya  Hipertensi
System Renin Angiontensin Aldosteron, singkatnya RAAS. Bila volume darah yang mengalur melalui ginjal berkurang dan tekanan darah di glomeruli ginjal menurun, misalnya karena penyempitan arteri setempat, maka ginjal dapat membentuk dan melepaskan enzim proteolitis rennin. Dalam plasma renin menghidrolisa protein angiotensinogen (yang terbentuk dalam hati) menjadi angiotensin I (AT1). Zat ini dirubah oleh enzim ACE (Angiotensin Converting Enzym, yang disentesa antara lain di paru-paru) menjadi zat aktif angiotensin II (AT2). AT2 ini antara lain berdaya vasokonstriktif kuat dan menstimulasi sekresi hormon aldosteron oleh anak ginjal dengan sifat retensi garam dan air. Akibatnya ialah volume dan tekanan darah naik lagi.
(Tjay dan Raharja,2011)

3.     Pembagian Hipertensi
Pembangian hipertensi berdasarkan penyebabnya adalah :
a)    Hipertensi Primer, adalah hipertensi yang tidak diketahui penyebabnya (hipertensi esensial). Terjadi peningkatan kerja jantung akibat penyempitan pembuluh darah tepi sebagian besar (90-95%) penderita termasuk hipertensi primer.
b)    Hipertensi sekunder, merupakan hipertensi yang disebabkan oleh penyakit sistemik lain. Misalnya gangguan hormon (eushing), penyempitan pembuluh darah utamanya ginjal (stenosis arteri renalis) akibat penyakit ginjal dan penyakit sistemik lainnya, jumlah hipertensi sekunder kurang dari 5% penduduk dewasa di Amerika
Dikenal  juga keadaan yang disebut krisis hipertensi, keadaan ini terbagi menjadi dua jenis yaitu
a)    Hipertensi Emergensi, merupakan hipertensi gawat darurat, dimana TD melebihi 180/120 mmHg disertai salah satu ancaman gangguan fungsi organ, seperti otak (pendarah otak/stroke, ensefalopi, hipertensi), jantung (gagal jantung kiri, akut, penyakit  jantung kroner akut), paru (bendungan diparu) dan eklampsia, atau TD dapat lebih rendah dari 180/120 mmHg tetapi dengan salah satu gejala gangguan organ di atas yang sudah nyata timbul,  jika TD tidak segera diturunkan dapat mengakibatkan komplikasi yang menetap, oleh karena itu harus diturunkan dengan obat intravena (suntikan) yang bekerja cepat dalam beberapa menit maksimal satu jam.
b)    Hipertensi urgensi, TD sangat tinggi (> 180/120 mmHg), tetapi belum ada gejala seperti di atas, TD tidak harus di turunkan secara cepat, tetapi dalam hitungan jam sampai dengan hari, dengan obat oral, gejalanya berupa sakit kepala hebat/berputar (ventigo), mual, muntah, pusing/melayang, penglihatan kabur, mimisan, sesak nafas, gangguan cemas berat, tetapi tidak ada kerusakan target organ.
(Anonim.,2011)
4.     Obat-obat yang digunakan untuk terapi Hipertensi
a)  Diuretik
Diuretik menurunkan tekanan darah dengan menyebabakan diuresis. Pengurangan volume plasma dan stroke volume (su) berhubungan dengan diuresis dalam penurunan curah jantung (cardiac output, co) dan tekanan darah pada akhirnya. Contohnya Furosemid, HCT, Spironolakton, manitol, Sorbitol.
b)    Inhibitor Angiotensin-Converting Enzyme (ACE)
ACE membantu produksi angiotensin II (berperan penting dalam regulasi tekanan darah arteri). Inhibitor ACE menurunkan tekanan darah pada penderita dengan aktifitas renin plasma normal, bradikinin, dan produksi jaringan ACE yang penting dalam hipertensi. Contohnya Captopril, Kuinopril.
c)     Penghambat Reseptor Angiotensin II (ARB)
ARB menahan langsung reseptor angiotensin tipe I (ATI) reseptor yang memperantarai efek angiotensin II. Cortohnya Irbesartan, Iosartan.
d)    Reseptor β-Bloker
Mekanisme hipotensin β bloker tidak diketahui tetapi dapat melibatkan menurunnya curah jantung melalui kronotropik negatif dan efek inotropik jantung dan inhibisi pelepasan renin dari ginjal. Contohnya Propranolol, Atenolol, Penbutolol.
e)  Penghambat Saluran Kalsium (CCB)
CCB menyebabakan relaksasi jantung dan otot polos dengan menghambat saluran kalsium yang sensitif terhadap tegangan (voltage sensitive), sehingga mengurangi masuknya kalsium ekstraseluler kedalam sel. Relaksasi otot vaskular menyebabkan vasodilatasi dan berhubungan dengan reproduksi tekanan darah. Contohnya Verafamil, Diltiazem, Amlodipin.
f)    Penghambat Reseptor I
Menghibisi katekolamin pada otot polos vaskular perifer yag memberikan efek vasodilatasi. Kelompok ini tidak mengubah aktifitas reseptor   2 sehingga tidak menimbulkan efek takikardia.contohnya Fentolamin, Yohimbin, Doxasozin.
g)    Antagonis 2 – pusat
Menurunkan tekanan darah yang pada umumnya dengan cara menstimulasi reseptor 2  adrenergik di otak. Contohnya Clonidin.
h)    Reserpin
Mengosongkan norefineprin dari saraf akhir simpatik dan memblok transpor norefineprin ke dalam granul penyimpanan. Pada saat saraf terstimulasi, sejumlah norefineprin (kurang dari jumlah biasanya) dilepaskan kedalam sinaps. Pengurangan tonus simpatetik menurunkan resistensi perifer dan tekanan darah.
i)     Vasodilatasi Arteri Langsung
Menyebabkan relaksasi langsung otot polos arteriol. Aktifitas refleks baroreseptor dapat meningkatkan aliran simpa tetik dari pusat vasomotor, meningkatkan denyut jantug, curah jantung, dan pelepasan renin. Contohnya Hidrolazin, dihidrolazin.
(Sukandar, 2008)  
5.     Mekanisme Terjadinya Hipertensi
Mekanisme terjadinya hipertensi adalah melalui terbentuknya angiotensin II dari angiotensin I oleh angiotensin I-converting enzyme (ACE). ACE memegang peran fisiologis penting dalam mengatur tekanan darah. Darah mengandung angiotensinogen yang diproduksi di hati.
Selanjutnya oleh hormon, renin (diproduksi oleh ginjal) akan diubah menjadi angiotensin I. Oleh ACE yang terdapat di paru-paru, angiotensin I diubah menjadi angiotensin II. Angiotensin II inilah yang memiliki peranan kunci dalam menaikkan tekanan darah melalui dua aksi utama.
Aksi pertama adalah meningkatkan sekresi hormon antidiuretik (ADH) dan rasa haus. ADH diproduksi di hipotalamus (kelenjar pituitari) dan bekerja pada ginjal untuk mengatur osmolalitas dan volume urin. Dengan meningkatnya ADH, sangat sedikit urin yang diekskresikan ke luar tubuh (antidiuresis), sehingga menjadi pekat dan tinggi osmolalitasnya.
Untuk mengencerkannya, volume cairan ekstraseluler akan ditingkatkan dengan cara menarik cairan dari bagian intraseluler. Akibatnya, volume darah meningkat, yang pada akhirnya akan meningkatkan tekanan darah. Aksi kedua adalah menstimulasi sekresi aldosteron dari korteks adrenal.
Aldosteron merupakan hormon steroid yang memiliki peranan penting pada ginjal. Untuk mengatur volume cairan ekstraseluler, aldosteron akan mengurangi ekskresi NaCl (garam) dengan cara mereabsorpsinya dari tubulus ginjal. Naiknya konsentrasi NaCl akan diencerkan kembali dengan cara meningkatkan volume cairan ekstraseluler yang pada gilirannya akan meningkatkan volume dan tekanan darah.
(Anonim, 2011).


















B.  URAIAN BAHAN
1.     Alkohol (DIRJEN POM, 1979, hal 65)
Nama Resmi            : AETHANOLUM
Nama Lain               : Etanol, alkohol
Rumus Kimia           : C2H6O
Pemerian                 :  Cairan tak berwarna, jernih, mudah menguap  dan mudah menguap dan mudah bergerak, bau khas, rasa panas. Mudah terbakar dengan memberikan nyala biru yang berasap.
Kelarutan                 : Sangat mudah larut dalam air, dalam kloroform
 P, dan dalam eter P.
Penyimpanan          :  Dalam wadah tertutup rapat, terlindung dari  cahaya ditempat sejuk, jauh dari nyala api.
2.     Aquadest (DIRJEN POM, 1979,  hal 96)
Nama Resmi           :  AQUA DESTILLATA
Nama Lain              :  Air suling
Rumus Kimia           :  H2O
Berat Molekul          :  18,02
Pemerian                : Cairan jernih, tidak berwarna, tidak berasa, tak   berasa.
Penyimpanan           : Dalam wadah tertutup baik.

3.     Glukosa (DIRJEN POM, 1979, hal 268)
Nama Resmi           : GLUCOSUM
Nama Lain              : Glukosa
Rumus Kimia           : C6H12O6.H2O
Berat Molekul          : 198,17
Pemerian                : Hablur tidak berwarna, serbuk hablur atau butiran putih, tidak berbau, rasa manis
Kelarutan                : Sangat mudah larut dalam air, sangat mudah  larut dalam air mendidih, agak sukar larut dalam etanol (95%) P mendidih, sukar larut dalam etanol (95%) P
Penyimpanan          : Dalam wadah tertutup baik        
4.     Na. CMC (DIRJEN POM,1979, hal 401)
Nama Resmi           : NATRII CARBOXYMETHYLCELLULOSUM
Nama Lain              : Natrium Karboksimetilselulosa
Pemerian                : Serbuk atau butiran, putih atau putih kuning gading, tidak berbau atau hampir tidak berbau,  higroskopik.
Kelarutan                : Mudah mendispersi dalam air, membentuk  suspensi koloidal, tidak larut dalam etanol (95%) P, dalam eter P dan dalam pelarut organik lain
Penyimpanan          : Dalam wadah tertutup rapat
C.  URAIAN OBAT
1.     Epinefrin (DIRJEN POM, 1979, hal 238)
Nama Resmi           : EPINEPHRINUM
Nama Lain              : Epinefrina, Adrenalina     
Rumus Kimia           : C9H13NO3
Berat Molekul          : 183,21
Pemerian                : Serbuk hablur renik, putih atau putih kuning
gading
Kelarutan                : Agak sukar larut dalam air, tidak larut dalam
etanol (95%)P, dan dalam eter P, mudah larut dalam asam mieral, dalam natrium hidroksida P dan dalam kalium hidroksida P, tetapi tidak larut dalam larutan amonia dan dalam alkali karbonat. Tidak stabil dalam alkali atau netral, berubah menjadi merah jika kena udara
Penyimpanan          : Dalam wadah tertutup rapat berisi nitrogen,
terlindung dari cahaya
Kegunaan               : Simpatomimetikum
Indikasi                   : Pengobatan anafilaksis berupa bronkospasme  akut atau eksaserbasi asma yang berat
Efek Samping          : Angina, aritmia jantung, nyeri dada, ansietas,  pusing, sakit kepala, insomnia, tenggorokan kering, mual, muntah, xerostomia, retensi urin akut
Mekanisme Kerja     : Menstimulasi reseptor I, βI, β2 – adrenergik yang berefek relaksasi otot polos bronki, stimulasi jantung, dan dilatasi vaskulator otot skelet.
2.     Captopril (DIRJEN POM, 1979, hal167)
Nama Resmi           : CAPTOPRILUM
Nama Lain              : Kaptopril
Rumus Kimia           : C9H15NO3S
Berat Molekul          : 217,28
Pemerian                : Serbuk hablur putih atau hampir putih, bau khas
seperti sulfida, melebur pada suhu 104o – 110o
Kelarutan                : Mudah larut dalam air, dalam metanol, dalam
etanol, dan dalam kloroform
Penyimpanan          : Dalam wadah tertutup rapat
3.     Klonidin  (DIRJEN POM, 1985, hal 244)
Nama Resmi           : CLONIDINI HYDROCHLORIDUM
Nama Lain              : Klonidin Hidroklorida
Rumus Kimia           : C9H9Cl2N2. HCl
Berat Molekul          : 266,6
Pemerian                : Serbuk hablur, putih atau hampir putih
Kelarutan                : Larut dalam 13 bagian air, dalam etanol mutlak, sukar larut dalam kloroform
Penyimpanan          : Dalam wadah tertutup baik
Indikasi                   : Pengobatan hipertensi ringan hingga sedang,  bisa digunakan sebagai obat tunggal ataupun kombinasi dengan obat antihipertensi lain
Efek Samping          : Lethangi, sedasi, konstipasi dab xerostomia, sakit kepala, pusing, patigue dan rasa lemah selama terapi klonidin
Mekanisme Kerja     : Menstimulasi adrenoreseptor alfa-2-stem
otak,sehingga mengaktivasi penghambatan neuron, menghasilkan penurunan aliran simpatetik dan SSP, penurunan resistensi perifer, resistensi vaskuler, resistensi vaskuler renal, denyut jantung dan tekanan darah.
4.     Propanolol (DIRJEN POM, 1985, hal 709)
Nama Resmi           : PROPANOLOLI HYDROCHLORIDUM
Nama Lain              : Propanolol Hidrokloridum
Rumus Kimia           : C16H21NO2.HCl
Berat Molekul          : 295,81
Pemerian                : Serbuk hablur, putih atau hampir putih, tidak  berbau, rasa pahit.
Kelarutan                : Larut dalam air dan dalam etanol, sukar larut
dalam kloroform, praktis tidak larut dalam eter.
Penyimpanan          : Dalam wadah tertutup baik, tidak tembus cahaya.
Indikasi                   : Hipertensi, angina pektoris, pheochromocytoma,  essensial tremor, tetrallogy of fallot, aritmia, cyanotic spell, pencegahan infark myocard, migrain, pengobatan gejala hypertropi  sub aortic stenosis.
Efek Samping          : Jantung, SSP, gastroinstestional, hematologi,  neuromoskuler, pernapasan, penurunan penglihatan.
Mekanisme Kerja     : Beta bloker adrenergik non selektif (anti aritmia II), memblok secara kompetitif respon terhadap stimulasi alfa bloker dan beta bloker. Adrenergik yang akan menghasilkan penurunan denyut jantung, kontraksi jantung. Tekanan darah dan kebutuhan oksigen pada jantung.
Farmakodinamik      : anti aritmia class II, beta adrenergik bloker non selektif.



D.  URAIAN HEWAN UJI
1.     Klasifikasi hewan uji
Kingdom                  : Animalia
Phylum                    : Chordata
Class                       : Mamalia
Ordo                        : Rodentia
Family                     : Muridae
Genus                     : Mus
Species                   : Mus musculus
(Anonim, 2007)
2.     Morfologi
Mencit (Mus musculus) adalah anggota muridae (tikus-tikusan) yang berukuran kecil. Mencit mudah dijumpai di rumah-rumah dan dikenal sebagai hewan pengganggu karena kebiasaannya menggigit mebel dan barang-barang kecil lainnya, serta bersarang di sudut-sudut lemari. Hewan ini diduga sebagai mamalia terbesar kedua di dunia setelah manusia. Mencit sangat mudah menyesuaikan diri dengan perubahan yang dibuat mausia, bahkan jumlahnya yang hidup liar di hutan barangkali lebih sedikit daripada yang tinggal di perkotaan.



3.     Karakteristik mencit (Mus musculus) (Malole. 1989)
Berat badan dewasa           : 25 – 40 g betina
                                           20 – 40 g jantan
Lama hidup                        : 1,5 – 3 tahun
Laju pernapasan                : 94 – 163 napas/menit
Denyut jantung                   : 325 – 780 denyut/menit
Perkembangbiakan             : sepanjang tahun
Siklus estrus                      : 4 – 5 hari
Masa hamil                        : 19 – 21 hari
Temperatur tubuh              : 36,5 – 38,00 C
Jumlah anak                      : 10 – 12 perkelahiran
Umur sapih                        : 21 – 28 hari
Tekanan darah                   : 113 – 147 / 81 – 106 mmHg
Berat lahir                          : 0,5 – 1,5 g
Volume darah                    : 76 – 80 mg/kg







BAB III
METODE KERJA
A.  ALAT DAN BAHAN
1.     Alat yang digunakan
a.     Aluminium foil
b.     Batang Pengaduk
c.     Corong Gelas
d.     Erlenmeyer
e.     Gelas
f.      Gelas Kimia
g.     Gelas Ukur
h.     Kain Lap
i.       Kertas Perkamen
j.       Kompor
k.     Sendok Makan
l.       Sendok Tanduk
m.   Spignomanometer
n.     Spoit Oral dan Spoit Injeksi
o.     Stopwatch
p.     Steteskop
q.     Timbangan Analitik
r.      Wadah Botol
2.     Bahan yang digunakan
a.     Alkohol
b.     Aquadest
c.     Glukosa
d.     Kapas/tissue
e.     Kopi bubuk
f.      Mencit (Mus musculus)
g.     NaCMC 1%
h.     Probandus Manusia
i.       Suspensi Adrenalin
j.       Suspensi Obat Captopril
k.     Suspensi Obat Clonidine
l.       Suspensi Obat Propanolol
B.  PROSEDUR KERJA
1.     Pembuatan Suspensi NaCMC 1%
a.     Disiapkan alat dan bahan
b.     Ditimbang 1 gram NaCMC 1% lalu dilarutkan dalam 100 ml air panas, lalu diaduk sampai homogen
c.     Suspensi siap digunakan



2.     Pembuatan injeksi adrenalin
a.     Disiapkan alat dan bahan
b.     Dipipet 1 ml epinefrin dan ditambahkan Aqua proinjeksi hingga 12,82 ml
c.     Dari pengenceran diatas pipet  1ml dan ditambahkan volumenya dengan proinjeksi hingga 20 ml
d.     Dimasukkan dalam wadah dan diberikan etiket
3.     Pembuatan Suspensi Obat Captopri
a.     Disiapkan alat dan bahan
b.     Ditimbang captopril yang telah digerus dengan bobot 0,043 gram
c.     Dilarutkan dalam 50 ml NaCMC 1%
d.     Suspensi obat siap digunakan
4.     Pembuatan Suspensi Obat Clonidine
a.     Siapkan alat dan bahan
b.     Ditimbang klonidin yang telah digerus dengan bobot 0,041 gram
c.     Dilarutkan dalam 50 ml NaCMC 1%
d.     Suspensi obat siap digunakan
5.     Pembuatan Suspensi Obat Propanolol
a.     Disiapkan alat dan bahan
b.     Ditimbang propanolol yang telah digerus dengan bobot 0,048 gram
c.     Dilarutkan dalam 50 ml NaCMC 1%
d.     Suspensi obat siap digunakan
6.     Perlakuan terhadap hewan uji mencit (Mus musculus)
a.     Disiapkan alat dan bahan
b.     Mencit ditimbang, dipuasakan dan dikelompokkan
c.     Diberikan adrenalin secara subcutan, sebanyak 1ml dan didiamkan selama 15 menit.
d.     Diamati vena marginalis hewan uji
e.     Diberikan perlakuan dengan cara memberikan suspensi obat Propanolol, Klonidin, Captopril, dan NaCMC 1% pada masing-masing hewan uji
f.      Diamati dan dicatat perubahan warna vena marginalis pada telinga hewan uji mencit (Mus musculus) pada menit ke 15, 30, dan 45 menit
g.     Dikumpulkan data yang diperoleh dan dibahas
h.     Ditarik kesimpulan dari hasil percobaan
7.     Perlakuan terhadap probandus Manusia
a.     Disiapkan alat dan bahan
b.     Disiapkan Dua probandus yaitu yang suka minum kopi dan yang tidak suka minum kopi, dan diukur tekanan darah awal
c.     Diminumkan kopi kepada dua probandus
d.     Diukur kembali tekanan darah kedua probandus setelah menit ke 15, 30 dan 45 menit

8.     Pengukuran TD dengan metode Auskultasi
a.     Disiapkan alat dan bahan
b.     Disiapkan probandus yang suka minum kopi dan yang tidak suka minum kopi
c.     Lengan baju probandus diangkat sedikit
d.     Manset dipasang pada lengan atas sekitar 3 jari dari arteri brankialis, steteskop diletakkan pada arteri brankialis
e.     Balon pompa dikunci,lalu dipompa sampai denyut jantung tidak terdengar
f.      Dibuka kunci balon pompa perlahan-lahan lalu didengar bunyi pertama sebagai sistol dan bunyi kedua sebagai diastol
g.     Dicatat hasilnya dan dilepaskan manset dari lengan probandus 
9.     Pembuatan kopi
a.     Disiapkan alat dan bahan
b.     Diambil kopi lalu dimasukkan kedalam gelas, kemudian ditambahkan dengan air panas
c.     Kopi siap diminum





C.  TEKNIK PENGAMBILAN DATA
Pada percobaan ini metode yang digunakan adalah metode eksperimental dengan mengamati dengan mengamati telinga mencit dan mengukur tekanan darah dengan menggunakan alat Spignomanometer pada probandus manusia setelah perlakuan

















BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A.  TABEL PENGAMATAN
1.     Tabel pengamatan obat Antihipertensi terhadap hewan coba Mencit  (Mus musculus)
No
Perlakuan
BB
(g)
Induksi adrenalin
Warna Telinga
Ket
15’
30’
45’
1.
2.
3.
4.
NaCMC 1%
Propanolol
Klonidin
Captopril
25
21
21
24
+
+
+
+
++
+++
++
++
+++
++
+++
++
+++
+++
+++
+++
+ = pucat
++ = sedang
+++ = merah

2.     Tabel pengamatan pengaruh kopi terhadap cardiovaskuler manusia
No
Perlakuan
Probandus
TD awal (mmHg)
Setelah perlakuan (mmHg)
10’
20’
30’
1
Tidak suka kopi
Abd. Wahid S
110/70
130/100
120/90
110/70
2
Suka kopi
Rahmat Yunus
120/80
130/90
110/80
90/70



BAB V
PEMBAHASAN
Hipertensi didefinisikan sebagai peningkatan tekanan darah sistolik sedikitnya 140 mmHg atau tekanan darah diastolik sedikitnya 90 mmHg. Istilah tradisional tentang hipertensi ringan dan sedang gagal menjelaskan pengaruh utama tekanan darah tinggi pada penyakit kardiovaskular.
Tujuan pengobatan penderita hipertensi idiopatik atau esensial adalah untuk mencegah morbiditas (kesakitan) dan mortilitas (kematian) yang disebabakan oleh gangguan dengan menggunakan cara yang paling nyaman. Tujuan utamanya adalah untuk mencapai tekanan darah yang kurang dari 140/90 mmHg
Percobaan ini memiliki dua variabel, yaitu uji obat Antihipertensi terhadap hewan uji mencit (Mencit musculus) dengan melihat tingkat kepucatan warna telinga mencit yaitu vena marginalis dan pengaruh kopi terhadap kardiovaskuler probandus manusia dengan mengukur tekanan darah pada probandus dan sesudah perlakuan dengan memakai alat spignomanometer.
Pada percobaan ini menggunakan suspensi NaCMC 1% sebagai kontrol negatif untuk membandingkan efek obat klonidin, captopril dan proanolol terhadap hewan uji mencit, dan dilakukan pemilihan probandus yang bisa minum kopi dan yang tidak bisa minum kopi.
Sebelum diberikan perlakuan suspensi obat, terlebih dahulu diberikan adrenalin sebagai penginduksi kenaikan tekanan darah karena adrenalin merupakan golongan obat simpatomimietik yang dapat meningkatkan tekanan darah.
 Dari hasil percobaan terhadap hewan uji mencit diperoleh data yaitu setelah disuntikkan adrenalin vena marginalis pucat artinya tekanan darahnya naik. Kemudian setelah pemberian NaCMC 1% pada menit ke 15 agak pucat artinya tekanan darah menurun, sedangkan pada menit ke 30’ dan 45’ berwarna merah artinya tekanan darahnya normal kembali. Setelah pemberian suspensi obat Propanolol, telinga mencit merah yang artinya tekanan darahnya normal pada menit ke 15’ dan 45’. Sedangkan pada menit ke 30 telinga mencitagak pucat. Setelah pemberian suspensi obat Clonidine pada menit ke 15’ telinga mencit agak pucat, dan pada menit ke 30’ dan 45’ telinga mencit berwarna merah yang menandakan bahwa tekanan darahnya normal kembali. Sedangkan pada pemberian suspensi obat Captopril, pada menit ke 10’ dan 15’ vena marginalis mencit agak memucat dan setelah menit ke 45’ vena marginalis mencit berwarna merah yang berarti tekanan darah mencit normal kembali.
Kandungan kaffein pada kopi dapat meningkatkan tekanan darah, terlihat dari perbandingan antara probandus yang suka minup kopi dan yang tidak suka minum kopi. Probandus yang suka minum kopi tekanan darahnya lebih tinggi dibandingkan probandus yang tidak suka minum kopi yaitu 120/80 mmHg : 110/70 mmHg. Setelah diminumkan kopi kedua probandus mengalami kenaikan tekanan darah tinggi yaitu 130/100 mmHg yang tidak suka minum kopi, dan 130/90 mmHg pada probandus yang suka minum kopi, pada menit ke 10’. Sedangkan pada menit ke 20’ tekanan darah menurun menjadi 110/70 mmHg pada probandus yang tidak suka minum kopi dan 90/70 mmHg pada probandus yang suka minum kopi.
Pada probandus yang biasa minum kopi terjadi peningkatan tekanan darah, namun tidak signifikan. Sedangkan untuk probandus yang tidak biasa minum kopi, terjadi peningkatan tekanan darah yang sangat signifikan. Peningkatan tekanan darah karena pada kopi mengandung senyawa kaffein. Kaffein pada kopi berkhasiat menciutkan pembuluh yang secara akut, yang dapat meningkatkan tekanan darah karena terjadi gangguan ritme sementara.
Adapun faktor kesalahan dari percobaan ini adalah :
1.     Alat yang digunakan kurang steril
2.     Penimbangan bahan yang kurang teliti dan pengukuran larutan yang kurang teliti
3.     Kekeliruan penggunaan Spignomanometer dan Steteskop
4.     Pemberian obat kurang baik 



BAB V
PENUTUP
A.  KESIMPULAN
Berdasarkan percobaan yang dilakukan dapat disimpulkan bahwa :
1.     Obat-obat Antihipertensi (Captopril, klonidin, dan propanolol) memberikan efek penurunan tekanan darah dibandingkan dengan NaCMC 1% sebagai pengontrol. Hal ini sesuai dengan literatur yang menyatakan bahwa Captopril, klonidin, dan propanolol dapat menurunkan tekanan darah pada manusia
2.     Kopi dapat meningkatkan tekanan darah pada manusia karena mengandung senyawa kaffein yang berkhasiat menciutkan pembuluh darah
3.     Efek kenaikan tekanan darah pada probandus manusia yang tidak suka minum kopi lebih tinggi dibandingkan dengan probandus yang suka minum kopi
B.  SARAN
Kami sebagai praktikan mengharapkan agar asisten dapat lebih membimbing dan memberikan kebijakan pada praktikan sehingga kami dapat lebih memahami materi percobaan.



DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2007. Mencit. (Online). (Http://id.m.wikipedia.org/wiki/mencit). diakses 20 Oktober 2011 Pukul 20.00 WITA.

Dirjen POM1979. Farmakope Indonesia, Edisi III. Depkes RI; Jakarta.

Dirjen POM.1985. Farmakope Indonesia, Edisi IV. Depkes RI; Jakarta.

Dirjen .POM. 2007. Pelayanan Informasi Obat. Depkes RI; Jakarta.

Gunawan, Gan, Sulistia. 2007. Farmakologi Dan Terapi, Edisi V. Gaya Baru; Jakarta.

Price, Sylvia A.,2005. Patofisiologi : Konsep Klinis Proses-proses Penyakit. EGC; Jakarta.

Sukandar,Elin,Yulianah.,2008. ISO Farmakoterapi. ISFI; Jakarta.

Tjay,Hoan,Tan.,2007. Obat-Obat Penting. Gramedia; Jakarta.

Tim Dosen Uit.,2011. Penuntun Praktikum Farmaologi  dan Toksikologi II. Universitas Indonesia Timur; Makassar










LAMPIRAN
1.   SKEMA KERJA
a.     Untuk hewan uji mencit (Mus musculus)
Hewan uji mencit (Mus musculus)

Dipuasakan

Ditimbang

Dikelompokkan

Diberikan adrenalain secara subkutan dan didiamkan selama 15’

Diamati vena marginalis

Diberikan suspensi obat secara oral
Na. CMC 1 %
Propranolol
Klonidin
Captopril
 




Diamati perubahan warna vena marginalis pada menit ke 15, 30, dan 45

Data

Pembahasan

Kesimpulan

b.     Untuk probandus

Disiapkan dua probandus
Suka minum kopi
Tidak suka minum kopi
 




Diukur tekanan darah awal

Diminumkan kopi

Diukur tekanan darah pada menit ke 15, 30 dan 45

Data

Pembahasan

Kesimpulan






2.     PERHITUNGAN DOSIS
a.     Captopril 50 mg
Berat Badan Mencit                     = 24 gram
Dosis Konversi                            = 50 mg x 0,0026
                                                        =
Dosis untuk mencit 30 gram         =  x 0,13 mg
                                                        = 0,195 mg  
% sediaan                                 = 100 ml x 1mlx 0,195 mg
                                                        = 19,5 %
Berat 20 tablet                            = 4,5 gram
Berat rata-rata                            = 0,225 gram          = 255mg
Berat serbuk yang ditimbang        =   x 0,195 mg
                                                        = 0,8775 mg
Dibuat sediaan 50 ml                   =  x 0,8775 mg
                                                        = 43,875 mg      
                                                        = 0,043 gram
Vp      untuk mencit 24 gram        =  x 1 ml = 0,8 ml

b.     Klonidin 0,15 mg
Berat Badan Mencit                     = 21 gram
Dosis Konversi                            = 0,15 mg x 0,0026
                                                  =
Dosis untuk mencit 30 gram         =  x 0,00039 mg
                                                        =
% sediaan                                 = 100 ml x 1ml x 0,000585 mg
                                                        = 0,0585 %  
Berat 20 tablet                            = 4,17 gram
Berat rata-rata                            = 0,2085 gram       
                                        = 208,5 mg
Berat serbuk yang ditimbang        =   x 0,000585 mg
                                                        = 0,81315 mg
Dibuat sediaan 50 ml                   =  x 0,81315 mg
                                                        = 40.6579 mg
                                                        = 0,041 gram
Vp untuk mencit 21 gram             =  x 1 ml = 0,7 ml
c.     Propanolol 40 mg
Berat Badan Mencit                     = 21 gram
Dosis Konversi                            = 40 mg x 0,0026
                                                   = 0,104 mg / 20 g BB
Dosis untuk mencit 30 gram         =  x 0,104 mg
                                                        = 0,156 mg  
% sediaan                                 = 100 ml x 1mlx 0,156 mg
                                                        = 15,6 %      
      Berat 20 tablet                            = 4,97 gram
Berat rata-rata                            = 0,2485 gram       
= 248,5 mg
Berat serbuk yang ditimbang        =   x 0,156 mg
                                                        = 0,969 mg
Dibuat sediaan 50 ml                   =  x 0,969 mg
                                                        = 48,46 mg
                                                        = 0,048 gram
Vp      untuk mencit 21 gram        =  x 1 ml = 0,7 ml

d.     Efedrin 1 mg/ml
Dosis untuk mencit                     = 1 mg x 0,0026
                                                        =
      Dosis untuk mencit 30 g              =  × 0,0026 mg
                                                        = 0,0039 mg
      Pengenceran                              = 0,0039       :         1
                                                                 1         :         256,41
                                                                                     
      Untuk sediaan 20 ml                                               20             12,82
      Diambil 1ml                            ad           12, 82 ml aqua pro injeksi
                                                                  1 ml       ad     20 aq pro inj.

e.     Na. CMC 1%
Dibuat 250 ml                              =   × 100 ml
                                                  = 2,5 g
2,5 g dilarutkan dalam 250 ml aquadest mendidih

Tidak ada komentar:

Posting Komentar