BAB
I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Sebagian
besar orang memiliki pendapat tertentu mengenai normal dan mendefinisikan
penyakit atau keadaan sakit sebagai suatu penyimpangan dari keadaan normal atau
tidak adanya keadaan normal. Akan tetapi, jika dilihat dengan lebih cermat,
konsep kenormalan terlihat kompleks dan tidak dapat didefinisikan secara singkat
dan jelas. (Price dan wilson. 2005).
Tubuh
kita terus diancam oleh penyakit dari sumber eksternal (mis: invasi bakteri dan
virus) dan sumber internal (mis : sel yang bermutasi, seperti sel kanker). Jika
ancaman dari luar dapat menerobos baris pertama pertahanan tubuh, mereka akan
menghadapi baris pertahanan kedua dalam
bentuk sel fagosit dan mati karena serangan kimiawi yang toksik. Hal ini
merupakan bagian dari respon inflamasi yang akan terjadi setiap kali terdapat
kerusakan jaringan dengan sebab apapun. (Chang dan Dally. 2009).
Selama
hidup seseorang, jaringan maupun organ tubuh pasti pernah cedera. Agar semua
dapat berjalan dengan baik, maka terjadi perbaikan dan pemulihan pada jaringan
dan organ tersebut. Banyak faktor lingkungan dan perorangan yang dapat
memodifikasi dan mempengaruhi proses pemulihan. Pemulihan atau penyembuhan
biasanya didahului dan diawali suatu proses peradangan. (Tembayong, 2000).
Bila
sel-sel atau jaringan-jaringan tubuh mengalami cedera atau mati, selama pejamu
masih bertahan hidup, jaringan hidup disekitarnya membuat suatu respon mencolok
yang disebut peradangan. Yang lebih khusus, peradangan adalah reaksi vaskuler
yang menimbulkan pengiriman cairan, zat-zat yang terlarut dan sel-sel dari
sirkulasi darah ke jaringan-jaringan interstisial di daerah cedera atau
nekrosis. (Price dan wilson, 2005).
B.
Maksud
Percobaan
Untuk
mengetahui efek antiinflamasi dari suatu sediaan obat terhadap hewan uji
mencit (Mus musculus)
C.
Tujuan
percobaan
Untuk mengetahui efek antiinflamasi
suatu sediaan obat yang diberikan secara oral pada hewan uji mencit (Mus musculus) denagn menghitung volume
udem telapak kaki mencit dengan alat pletisnometer setelah pemberian karagen.
D.
Prinsip
percobaan
Penentuan efek antiinflamasi suatu sediaan
obat yaitu caflam, dexametason, dan Na. Diklofenak dengan zat pembanding Na.
CMC 1 % dengan mengukur volume udem kaki mencit pada alat pletisnometer selama
interval waktu 10, 20, dan 30 menit setelah pemberian obat awal.
BAB
II
TINJAUAN
PUSTAKA
A.
Teori umum
Peradangan dapat didefinisikan
sebagai reaksi jaringan terhadap cedera, yang secara khas terdiri atas respon
vascular dan selular, yang bersama-sama berusaha menghancurkan substansi yang
dikenali sebagai asing untuk tubuh. Jaringan itu kemudian dipulihkan sediakala
atau diperbaiki sedemikian rupa agar jaringan atau organ itu dapat tetap
bertahan. (Tamanyong, 2000).
Penyebab-penyebab peradangan
banyak dan berfariasi, dan penting untuk memahami bahwa peradangan dan infeksi
tidak sinonim dengan demikian infeksi (adanya mikroorganisme hidup di dalam
jaringan) hanya merupakan salah satu penyebab peradangan. Perdangan dapat
terjadi dengan mudah dalam keadaan yang benar-benar steril. Karena banyaknya
keadaan yang mengakibatkan peradangan (Price dan Wilson, 2005).
Radang dapat dibagi 3 yaitu :
a. Radang akut
b. Radang sub akut
c. Radang kronik
Gambaran makroskopik peradangan
akut, tanda-tanda pokok peradangan mencakup kemerahan (Rubor), panas (kalor),
nyeri (dolor), bengkak (tumor), dan gangguan fungsi (fungsio laesa).
a.
Rubor (kemerahan)
Biasanya
merupakan hal pertama yang terlihat di daerah yang mengalami peradangan. Sering
dengan munculnya reaksi peradangan, arterior yang memasok darah tersebut
berdilatasi sehingga memungkinkan lebih banyak darah mengalir kedalam mikrosirkulasi
darah lokal.
b.
Kolor (panas)
Kolor
atau panas terjadi bersamaan dengan kemerahan pad reaki peradangan akut. Daerah
peradangan dikulit menjadi lebih hangat dibanding dengan sekelilingnya karena
lebih banyak darah (pada suhu 370 C) dialirkan dari dalam tubuh kepermukaan daerah yang
terkena dibandingkan dengan daerah yang normal.
c.
Dolor (nyeri)
Pada
suatu nyeri peradangan tampaknya ditimbulkan dalam berbagai cara. Perubahan pH
lokal atau konsentrasi lokal
ion-ion tertentu dapat merangsang ujung-ujung saraf. Hal yang sama, pelepasan
zat-zat kimia bioaktif lain dapat merangsang saraf. Selain itu, pembengkakan
jaringan yang meradang menyebabkan peningkatan tekanan lokal yang tidak
diragukan lagi dapat menimbulkan nyeri.
d.
Tumor (pembengkakan)
Pembengkakan
lokal yang dihasilkan
oleh cairan dan sel-sel yang berpindah dari aliran darah kejaringan
intestisial. Campuran cairan dan sel-sel ini yang tertimbun didaerah peradangan
disebit eksudat.
e. Fungsio laesa (perubahan fungsi)
Perubahn fungsi
merupaka bagian yang lazim pada reaksi peradangan. Sepintas mudah dimengerti,
bagian yang bengkak, nyeri disertai sirkulasi abnormal dan lingkungan kimiawi lokal
yang abnormal, seharusnya berfugsi secara abnormal.
Penyebab-penyebab peradangan
meliputi agen-agen fisik, kimia, reaksi imunologik, dan infeksi oleh
organism-organisme patogenik. Infeksi tidak sama dengan peradangan dan infeksi
hanya merupakan salah satu penyebab peradangan. (Price dan Wilson, 2005).
Obat
antiinflamasi dapat dikelompokkan menjadi dua kelompok utama, yaitu :
a. Glukokortikoid (golongan steroidal) yaitu
antiinflamasi steroid.
Anti
inflamasi steroid memiliki efek pada konsentrasi, distribusi dan fungsi
leukosit perifer serta penghambatan aktivitas fosfolipase. Contohnya golongan
predinison.
b. NSAIDs (Non Steroid Anti Inflamasi Drugs ) juga
dikenal dengan AINS (Anti Inflamasi Non Steroid). NSAIDs bekerja dengan
menhhambat enzim siklooksigenase tetapi tidak Lipoksigenase.
Secar kimiawi, obat-obat ini biasanya dibagidalam
beberapa kelompok, yaitu
a.
Salisilat : asetosal, benorilat dan diflunisal. Dosis anti
radangnya terletak 2-3 kali lebih tinggi daripada dosis analgesiknya. Berhubung
resiko efek sampingnya, maka jarang digunakan pada rematik.
b. Asetat : diklofenak, indometasin, dan sulindak (Clinoril).
Indometsin termasuk obat yang terkuat efek anti radangnya, tetapi lebih sering
menyebabkan keluhan lambung dan usus.
c. Propionat : ibuprofen,
ketoprofen, flubirprofen, naproksen dan tiaprofenat.
d. Oksicam : piroxicam,
tenosikam dan meloksikam.
e. Pirazolon : (oksi)
fenbutazon dan azapropazon (Prolixan)
f. Lainnya : mefenaminat, nabumeton, benzidamin dan befexamac
(Parfenac). Benzidamin berkhasiat anti radang agak kuat, tetapi kurang efektif
pada gangguan rematik. (Tjay dan Raharja, 2007).
NSAIDs bekerja dengan cara
menghambat enzim siklooksigenase (COX), dan dengan melakukan hal ini, NSAIDs
juga bekerja untuk menurunkan produksi prostaglandin dan Leukotriena.
Prostaglandin COX-1 merangsang fungsi fisiologis tubuh, seperti produksi mukus lambung yang bersifat protektif dan maturasi trombosit.
Sebaliknya, lintasan
COX-2 diinduksi oleh kerusakan jaringan/ inflamasi, dan prostaglandin yang
dihasilkan merupakan substansi proinflamasi, inhibisi lintasan COX-2 akan
mengurangi respon inflamasi, mengurangi udema dan meredahkan nyeri.
Obat kortikosteroid
anti-inflamasi, seperti kortisol dan prednisone menghambat pengaktifan
fosfolipase A2 dengan menyebabkan sintesis protein inhibitor yang
disebut lipokortin. Lipokortin menghambat aktifitas fosfolipase sehingga
membatasi produksi PG. Preparat steroid juga mengganggu fungsi limfosit
sehingga produksi IL menjadi lebih sedikit. Keadaan ini mengurangi komunikasi
antar limfosit dan proliferasi limfosit. Oleh karena itu, pasien uang
menggunakan steroid dalam jangka pnjang
lebih rentang terkena infeksi. (Chang dan Daly, 2009).
B.
Uraian
bahan
1. Aquades
(FI Edisi III, hal 96)
Nama resmi : AQUA DESTILLATA
Nama lain : Air suling, aquadest
Rumus molekul : H2O
Berat molekul : 18,02
Pemerian
: Cairan jernih, tidak
berwarna, tidak berasa, tidak berbau
Penyimpanan
: dalam wadah tertutp baik
2.
Na CMC (FI Edisi III, hal 401)
Nama
resmi : NATRII
CARBOXYMETHYLCELLULOSUM
Nama
lain : Natrium
karboksimetilselulosa
Pemerian : Serbuk atau butiran, putih atau
putih kuning gading, tidak berbau atau hampir tidak berbau, higroskopik.
Kelarutan : Mudah mendispersi dalam air,
membentuk suspensi koloidal, tidak larut dalam etanol (95%) P, dalam eter P dan
dalam pelarut organik lain
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat
Khasiat : Zat tambahan
C. Uraian Obat
1.
Deksametason ( FI Edisi III,
hal 195)
Nama
resmi : DEXAMETHASONUM
Nama
lain : Dexametason
Rumus kimia :
C22H29FO5
Berat
molekul : 392,47
Pemerian : Hablur atau serbuk hablur,
putih atau hampir, tidak berbau, rasa agak pahit
Kelarutan : Praktis tidak larut dalam air,
larut dalam 42 bagian etanol (95%)P dan dalam 165 bagian kloroform
Penyimpanan :Dalam wadah tertutup baik, terlindung
dari cahaya
Khasiat : Adrenoglukortikoidum
Cara
kerja obat : Mengurangi inflamasi dengan
menekan migrasi neutrofil, mengurangi produksi mediator inflamasi, dan
menurunkan permeabilitas kapiler yang semula tinggi dan menekan respon imun
Indikasi : Antialergi dan obat untuk
anafilaksis
Efek
samping : Kardiovaskular : Aritmia,
bradikardia, henti jantung, kardiomiopati, hipertensi, syncope
SSP : Depresi, euforia, sakit
kepala, kejang, vartigo, malaise
Dermatologi : Akne, dermatitis alergi,kulit
kering, kulit pecah-pecah,
hipopigmentasi, hypertrichosis, perianal prutitus (Pemberian IV), urticaria
Kontraindikasi :Pemberian kortikosteroid sistemik dapat
memperparah sindrom cushing, dapat menekan hypothalamic – pituitary – adrenal
(HPA) dan kematian dapat terjadi apabila pengobatan sistemik dihentikan
mendadak.
3. Na.
Diklofenak
Indikasi
:nyeri pasca bedah, nyeri
dan radang pada penyakit artritis dan gangguan otot rangka lainnya, nyeri pada
gout dan dismenoria.
Kontraindikasi
: Pasien dengan hipersensitivitas,
asma, urtikaria, rinitis parah, angioudema, tukak lambung aktif.
Efek
samping : Pencernaan : gabgguan saluran cerna bagian atas (20 %),
tukak lambung, perdsarahan saluran cerna.
Saraf : Sakit kepala (3-9 %), depresi,
insomia, cemas
Ginjal : (kurang dari 1 %), terganggu
fungsi ginjal
Kardiofaskuler : retensi cairan, hipertensi (3-9 %)
Pernapasan : asma (kurang dari 1 %)
Darah : Lekopenia, trombosipetomia,
hemolitik anemia (kurang dari 1%).
Hati :Hepatitis, sakit kuning
(jarang), peningkatan SGOT terjadi pada 2% pasien.
Lain-lain :Ruam, Pruritus, tinnitus, reaksi
sensivitas
Cara
Kerja : Menghambat sintesis
prostaglandin dengan menghambat COX-1 dan COX-2.
4. Kaflam
Komposisi
: Tiap tablet salut selaput
mengandung kaluim diklofenak 25 mg dan 50 mg
Indikasi
: sebagai pengobatan jangka
pendek untuk kondisi akut seperti nyeri inflamasi setelah trauma seperti
terkilir, nyeri dan inflamasi setelah operasi, seperti operasi gigi dan tulang.
Kantra
indikasi : hipersensitif terhadap zat
aktif dan tukak lambung, juga dikontraindikasikan pada pasien dengan riwayat
tercetusnya serangan asma, urtikaria atau rhinitis akut akibat obat-obat
antiinflamasi non-steroid lainnya.
Efek
samping :
- kadang-kadang
: nyeri epigastrium, gangguan saluran pencernaan seperti mual, disre, kejang
perut.
- Jarang
: perdarahan saluran
pencernaan
- Sangat
jarang : gangguan usus bawah, stomatis
aphthosa.
D. Uraian Hewan Uji
1. Klasifikasi
mencit (Mus musculus)
Kingdom
: Animalia
Phylum
: Chordata
Class
: Mamalia
Ordo
: Rodentia
Family
: Muridae
Genus
: Mus
Species
: Mus musculus
2. Morfologi
Mencit
(Mus musculus) adalah anggota muridae
(tikus-tikusan) yang berukuran kecil. Mencit mudah dijumpai dirumah-rumah dan
dikenal sebagai hewan pengganggu karena kebiasaannya menggigit barang-barang
kecil lainnya, serta bersarang disudut lemari. Hewan ini diduga sebagai mamalia
terbesar kedua di dunia setelah manusia, bahkan jumlahnya yang hidup liar di hutan
lebih sedikit dibanding yang hidup diperkotaan.
3. Karakteristik
Berat
badan dewasa : 25-40 g betina
20-40 g jantan
Lama
hidup : 1,5-3 tahun
Laju
pernapasan : 94-163
napas/menit
Denyut
jantung : 325-780
denyut/menit
Perkembang
biakan : sepanjang tahun
Siklus
estus : 4-5 hari
Masa
hamil : 20 hari
BAB III
METODE KERJA
A. Alat Dan Bahan Yang
Digunakan
1. Alat yang digunakan
a.Aluminium
foil
b.Batang
pengaduk
c. Gelas
kimia
d.Gelas
kimia
e.Kompor
f. Labu
ukur
g.Pipet
tetes
h.Plestysnometer
i. Sendok
tanduk
j. Spoit
injeksi
k. Spoit
oral
l. Timbangan
analitik
m. Wadah/botol
2. Bahan Yang Digunakan
a.Aquadest
b.Hewan
uji mencit (Mus musculus)
c. Karagen
1% b/v
d.Kertas
perkamen
e.Suspensi
Na. CMC 1% b/v
f. Suspensi
obat Caflam
g.Suspensi
obat dexametasone
h.Suspensi
obat Na. Diklofenak
B. Cara Kerja
1. Pembuatan suspensi Na. CMC
1% b/v
a.Disiapkan
alat dan bahan
b.Ditimbang
Na. CMC sebanyak 2,5 gram
c. Diukur
sebanyak 250 ml aquadest dan dipanaskan hingga mendidih
d.Dimasukkan
Na.CMC sedikit demi sedikit dan diaduk hingga membentuk suspensi yang homogen
e.Didinginkan
dan dimasukkan kedalam wadah dan diberi etiket
2. Pembuatan karagen 1% v/v
a.Disiapkan
alat dan bahan
b.Dipisahkan
kuning telur dan putih telur
c. Dipipet
sebanyak 1 ml putih telur dan dimasukkan kedalam labu ukur
d.Ditambahkan
aquadest hingga volumenya mencapai 100 ml
e.Dikocok
homogen dan dimasukkan kedalam wadah/botol dan diberi etiket
3.
Pembuatan
Suspensi Obat Cataflam
a. Disiapkan
alat dan bahan
b. Ditimbang
serbuk cataflam sebanyak 43,48 mg
c. Diukur
sebanyak 50 ml suspensi Na. CMC 1% b/v dan dimasukkan kedalam labu ukur
d. Dimasukkan
sedikit demi sedikit obat yang telah ditimbang dan dikocok homogen
e. Dimasukkan
kedalam wadah dan diberi etiket
4.
Pembuatan
Suspensi Obat Dexametazone
a. Disiapkan
alat dan bahan
b. Ditimbang
serbuk Dexametazone sebanyak 34,9 mg
c. Diukur
sebanyak 50 ml suspensi Na. CMC 1% b/v dan dimasukkan kedalam labu ukur
d. Dimasukkan
sedikit demi sedikit obat yang telah ditimbang dan dikocok homogen
e. Dimasukkan
kedalam wadah dan diberi etiket
5.
Pembuatan
Suspensi Obat Na. Diklofenak
a. Disiapkan
alat dan bahan
b. Ditimbang
serbuk cataflam sebanyak 43,97 mg
c. Diukur
sebanyak 50 ml suspensi Na. CMC 1% b/v dan dimasukkan kedalam labu ukur
d. Dimasukkan
sedikit demi sedikit obat yang telah ditimbang dan dikocok homogen
e. Dimasukkan
kedalam wadah dan diberi etiket
6.
Perlakuan
Hewan Uji
a. Disiapkan
alat dan bahan
b. Hewan
uji mencit (Mus musculus) dipuasakan,
didiamkan selama 15 menit dan ditimbang kemudian dikelompokan
c. Diukur
volume telapak kaki awal dengan menggunakan pletysnometer
d. Disuntikkan
karagen 1% v/v sebanyak 0,1 ml dan diamkan selama 15 menit, lalu diukur volume
udemnya
e. Diberikan
suspensi obat Dexametazone, Na. Diklofenak, Cataflam, dan Na. CMC 1% b/v
(kontrol) pada masing-masing hewan uji
f. Diukur
kembali volume udem telapak kaki pada menit ke 10, 20, dan 30, dikumpul data
dan dibahas
C.
Teknik
Pengambilan Data
Adpun teknik pengambilan data pada
percobaan ini, dilakukkan percobaan yaitu dengan mengukur volume udem telapak
kaki hewan uji mencit (Mus musculus)
dengan menggunakan alat pletysnometer sebelum dan sesudah pemberian obat secara
oral yaitu Dexametazone, Na. Diklofenak, dan Kaflam serta Na. CMC 1% b/v
sebagai kontrol negatif. Sebelum pemberian obat disuntikan karagen sebagai
penginduksi udem pada telapak kaki hewan uji mencit (Mus musculus).
Prinsip dasar dari alat pletysnometer
berdasarkan hukum Archimedes dengan melihat skala yang ditujukan dan diperoleh
data kemudian dilanjutkan dengan analisis rancangan acak rangkar (RAL), Analisi
varians (ANAVA) dan Newman-Keuls dilanjutkan dengan penentuan signifikan atau
nonsignifikan.
BAB
IV
HASIL
PENGAMATAN
Tabel pengamatan
No
|
Perlakuan
|
BB
Hewan uji (gram)
|
Volume
awal (ml)
|
Volume
udem (ml)
|
Volume
perlakuan
|
||
10’
|
20’
|
30’
|
|||||
1.
2.
3.
4.
|
Na.
CMC 1%
Dexametazone
Na.
Diklofenak
Cataflam
|
25
23
24
21
23
26
26
27
24
27
25
23
|
0,3
0,2
0,2
0,2
0,3
0,3
0,1
0,1
0,2
0,2
0,2
0,3
|
0,5
0,4
0,5
0,4
0,5
0,5
0,3
0,4
0,5
0,4
0,5
0,4
|
0,5
0,4
0,4
0,4
0,3
0,5
0,3
0,3
0,3
0,4
0,3
0,4
|
0,5
0,3
0,4
0,3
0,3
0,4
0,2
0,3
0,3
0,2
0,3
0,3
|
0,4
0,3
0,3
0,2
0,2
0,3
0,1
0,2
0,2
0,2
0,2
0,2
|
BAB
V
PEMBAHASAN
Radang
atau inflamasi adalah suatu respon utama sistem kekebalan terhadap infeksi atau
iritasi. Untuk pengobatan inflamasi ada dua golongan besar obat yang digunakan
yaitu golongan steroid dan non steroid (AINS).
Golongan
obat steroid bekerja dengan menghambat sintesis enzim fosfolipase sehingga asam
arakidonat tidak terhambat. Sedangkan golongan obat AINS bekerja dengan
menghambat pembentukan prostaglandin (PG) melalui penghambatan enzim
siklooksigenase (cox). Pada pasien yang telah mengalami bengkak/udem sebaiknya
diberikan obat golongan AINS, sedangkan pasien yang belum mengalami udem diberi
obat antiinflamasi golongan steroid untuk mencegah pembengkakan.
Pada percobaan ini digunakan
plethysnometer untuk mengukur volume udem telapak kaki hewan uji mencit (Mus musculus) yang bekerja sesuai hukum
Archimedes, dimana volume udem telapak kaki yang di celupkan pada air raksa
adalah sama banyaknya dengan skala yang ditunjukan.
Pada rangkaian modifikasi alat plethysnometer
digunakan air raksa dengan tujuan untuk menghindari berkurangnya volume cairan
pada alat tersebut ketika telapak kaki dicelupkan oleh karena untuk mencegah
hal demikian air tidak digunakan untuk serangkian alat tersebut.
Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan
diperoleh % rata-rata penurunan udem untuk Caflam adalah 83,33%, untuk Na.
Diklofenak 65,56 %, sedangkan untuk Dexametason 56,67 %, Na CMC 1 % b/v
memperlihatkan penurunan volume udem yang paling kecil, hal ini di sebabkan
karena Na CMC 1% b/v bukan merupakan obat, melainkan hanya sebagai kontrol
negatif. Oleh karena itu terbukti bahwa kerja obat AINS dalam menurunkan volume
udem lebih baik dibandingkan dengan golongan steroid. Hal ini sesuai literatur
bahwa caflam yang mengandung kalium diklofenak tergolong obat AINS lebih
efektif menurunkan volume udem dengan 83,33%.
Berdasarkan statistik data yang telah
di lakukan, diperoleh data sebagai berikut. Na CMC 1 % b/v berbeda nyata
efeknya dengan dexametason dan caflam.
Na CMC 1% b/v tidak berbeda nyata dengan na diklofenak efeknya, begitupun
dengan dexametason terhadap Na diklofenak dan caflam,serta Na CMC 1% b/v.
Hal
ini karena adanya kesalahan – kesalahan dalam praktikum antara lain :
1. Kesalahan
dalam membaca skala
2. Bagian
kaki yang tercelup pada saat pengukuran pertama dan selanjutnya tidak sama
3. Tidak
semua obat diberikan
4. Kurang
mahir dalam melakukan praktikum
BAB
VI
KESIMPULAN
DAN SARAN
A.
Kesimpulan
Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan
diperoleh % rata-rata penurunan volume udem dari obat antiinflamasi dari 83,3
untuk Cataflam, 65,56% untuk Na. Diklofenak, dexametazone 56,67% dan Na. CMC 1%
b/v sebagai kontrol dengan rata-rata 36,67%. Didapatkan juga bahwa :
1. Na.
CMC 1% b/v berbeda nyata efeknya dengan Dexametazone
2. Na.
CMC 1% b/c berbeda nyata dengan Cataflam
3. Na.
CMC 1% b/v tidak berbeda nyata efeknya dengan Na. Diklofenak
4. Dexametazone
tidak berbeda nyata efeknya dengan Na. Diklofenak dan Cataflam.
5. Na.
Diklofenak tidak berbeda nyata efeknya dengan cataflam
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2007. Mencit
(Online). (http: //id.m.wikipedia.org/wiki/mencit). Diakses 20 September
2010.
Chan, E dan Daly J.
2009. Patofisiologi : Aplikasi Pada
Praktik Keperawatan. EGC : Jakarta.
Dirjen POM. 1979. Farmakope Indonesia, Edisi III. Depkes
RI : Jakarta.
Dirjen POM. 2007. Pelayanan Informasi Obat. Depkes :
Jakarta.
Price, S. A dan
Wilson. 2005. Patofisiologi ; Konsep
Klinis Proses-Proses penyakit. EGC : Jakarta.
Tambayong J. 2000. Patofisiologi Untuk Keperawatan. EGC :
Jakarta.
Tjay. T. H dan
Raharja. K. 2007. Obat-Obat Penting.
Gramedia : Jakarta.
Perhitungan dosis
1. Cataflam
Kalium
diklofenak 50 mg
Dosis
untuk mencit = 50 x 0,0026
= 0,0013
mg/20 g BB
Dosis
untuk mencit 30 g =
= 0,00195
mg
= 0.00000195
g
Sediaan
% b/v = 100% x 0,00000195
g
= 0,000195
%
Dibuat
sedian 50 ml =
= 0,0000975
g
Berat
20 tablet = 4,46 g
Berat
rata-rata tablet = 0,223 g
= 223 mg
Berat
yang ditimbang =
= 0,043
g
= 43,48
mg
ü Volume
pemberian
Vp1 =
Vp2 =
= 0,8 ml
Vp3 =
= 0,76 ml
2. Dexametazone
0,5 mg
Dosis
untuk mencit = 50 x 0,0026
= 0,0013
mg/20 g BB
Dosis
untuk mencit 30 g =
=
0,00195 mg
=
0.00000195 g
Sediaan
% b/v = 100% x
0,00000195 g
=
0,000195 %
Dibuat
sedian 50 ml =
=
0,0000975 g
Berat
20 tablet = 3,58 g
Berat
rata-rata tablet = 0,179 g
= 179 mg
Berat
yang ditimbang =
= 0,034
g
= 34,9
mg
ü Volume
pemberian
Vp1 =
Vp2 =
= 0,76 ml
Vp3 =
= 0,86 ml
3. Na.
Diklofenak 50 mg
Dosis
untuk mencit = 50 x 0,0026
= 0,0013
mg/20 g BB
Dosis
untuk mencit 30 g =
=
0,00195 mg
=
0.00000195 g
Sediaan
% b/v = 100% x 0,00000195
g
=
0,000195 %
Dibuat
sedian 50 ml =
=
0,0000975 g
Berat
20 tablet = 4,51 g
Berat
rata-rata tablet = 0,2255 g
= 225,5
mg
Berat
yang ditimbang =
= 0,043
g
= 43,97
mg
ü Volume
pemberian
Vp1 =
Vp2 =
= 0,9 ml
Vp3 =
= 0,8 ml
STATISTIK DATA
1. Tabel pengamatan
No
|
perlakuan
|
BB Hewan uji (g)
|
Vol. awal udem (ml)
|
Vol. udem setelah pemberian karagen (ml)
|
Vol. Perlakuan
|
∑∑1
|
XX1
|
||
10’
|
20’
|
30’
|
|||||||
1.
|
Na. CMC
|
25
23
24
|
0,3
0,2
0,2
|
0,5
0,4
0,5
|
0,5
0,4
0,4
|
0,5
0,3
0,4
|
0,4
0,3
0,3
|
-
-
-
|
-
-
-
|
|
∑1
|
-
|
0,7
|
1,4
|
1,3
|
1,2
|
1
|
5,6
|
-
|
|
X1
|
-
|
0,23
|
0,46
|
0,43
|
0,4
|
0,33
|
-
|
0,37
|
2.
|
Dexametazone
|
21
23
26
|
0,2
0,3
0,3
|
0,4
0,5
0,5
|
0,4
0,3
0,5
|
0,3
0,3
0,4
|
0,2
0,2
0,3
|
-
-
-
|
-
-
-
|
|
∑2
|
-
|
0,8
|
1.4
|
1,2
|
1
|
0,7
|
5,1
|
-
|
|
X2
|
-
|
0,26
|
0,46
|
0,46
|
0,33
|
0,23
|
-
|
0,34
|
3.
|
Na. diklofenak
|
26
27
24
|
0,1
0,1
0,2
|
0,3
0,4
0,5
|
0,3
0,3
0,3
|
0,2
0,3
0,3
|
0,1
0,2
0,2
|
-
-
-
|
-
-
-
|
|
∑3
|
-
|
0,4
|
1,2
|
0,9
|
0,8
|
0,5
|
3,8
|
-
|
|
X3
|
-
|
0.13
|
0,4
|
0,3
|
0,26
|
0,16
|
-
|
0,25
|
4.
|
Caflam
|
27
25
23
|
0,2
0,2
0,3
|
0,4
0,5
0,4
|
0,4
0,3
0,4
|
0,2
0,3
0,3
|
0,2
0,2
0,2
|
-
-
-
|
-
-
-
|
|
∑4
|
-
|
0,4
|
1,2
|
0,8
|
0,8
|
0,6
|
3,8
|
-
|
|
X4
|
-
|
0,13
|
0,4
|
0,26
|
0,26
|
0,2
|
-
|
0,25
|
|
∑∑2
|
-
|
2,6
|
5,3
|
4,5
|
3,8
|
2,8
|
19
|
-
|
|
XX2
|
-
|
0,21
|
0,44
|
0,375
|
0,32
|
0,23
|
-
|
0,315
|
2.
Hasil
pengamatan beberapa suspensi obat terhadap udem hewan uji mencit (Mus musculus)
No
|
perlakuan
|
N
|
Volume
awal (ml)
|
Volume
udem (ml)
|
Volume
perlakuan (ml)
|
%
penurunan udem
|
1.
|
Na.
CMC
|
1
2
3
|
0,3
0,2
0,2
|
0,5
0,4
0,5
|
0,46
0,33
0,36
|
20%
35%
46%
|
∑1
X1
|
|
-
-
|
-
-
|
-
-
|
101%
33,67%
|
|
2.
|
Dexametazone
|
1
2
3
|
0,2
0,3
0,3
|
0,4
0,5
0,5
|
0,3
0,26
0,4
|
50%
66,67%
80%
|
∑2
X2
|
|
-
-
|
-
-
|
-
-
|
170%
56,67%
|
|
3.
|
Na.
Diklofenak
|
1
2
3
|
0,1
0,1
0,2
|
0,3
0,4
0,5
|
0,2
0,26
0,26
|
50%
66,67%
80%
|
∑3
X3
|
|
-
-
|
-
-
|
-
-
|
196,67%
65,56%
|
|
4.
|
Cataflam
|
1
2
3
|
0,2
0,2
0,3
|
0,4
0,5
0,4
|
0,26
0,26
0,3
|
70%
80%
100%
|
∑4
X4
|
|
-
-
|
-
-
|
-
-
|
250%
83,33%
|
% penurunan udem =
x 100%
3.
Rancangan Acak Lengkap (RAL)
Table penurunan udem setelah perlakuan
No
|
Perlakuan (P)
|
Total
|
|||
Na. CMC
|
Dexametazone
|
Na. diklofenak
|
Cataflam
|
||
1.
2.
3.
|
20%
35%
46%
|
50%
70%
50%
|
50%
66,67%
80%
|
70%
80%
100%
|
-
-
-
|
∑
|
101%
|
170%
|
196,67%
|
250%
|
717,67%
|
X
|
33,67%
|
56,67%
|
65,56%
|
83,33%
|
59,81%
|
Perhitungan
:
a. Perhitungan derajat bebas (db)
db total =
total banyaknya pengamatan – 1
=
(3x4) – 1
=
12-1
=
11
db perlakuan =
banyaknya perlakuan – 1
=
4-1
=
3
db galat =
db total – db perlakuan
=
11 – 3
=
8
b. Perhitungan jumlah kuadrat (JK)
1. ∑ (total)2 =
∑ (Y)2
= (20)2 + (50)2 + (50)2
+ (70)2 + (66,67)2 + (80)2 + (46)2
+ (50)2 + (80)2 + (100)2 + (35)2 +
(70)2
= 48285,8889
2.
Rata-rata =
=
=
= 42920,85241
3. Perlakuan =
= - 42920,85241
= - 42920,85241
= 46760,002963 –
42920,85241
= 3839,177223
4. Galat =
(total)- (rata-rata) – (perlakuan)
= 4828,8889 –
42920,85241 – 3839,177223
= 1525,859267
c. Perhitungan jumlah kuadrat total (JKT)
1. Jumlah kuadrat perlakuan =
= 16095,2963
2. Jumlah kuadrat galat =
= 190,7324084
d. Perhitungan nilai distribusi F
F hitung =
=
= 84,387
Table
Analisis Varians (Anava)
Sumber variasi
|
db
|
JK
|
JKT
|
Fh
|
F table
|
|
0,05
|
0,01
|
|||||
Rata-rata
Perlakuan
Galat
|
1
3
8
|
42920,85241
3839,177223
1528,859267
|
42920,85241
16095,2963
190,7324084
|
84,387*
|
4,07
|
7,50
|
Total
|
12
|
48285,8889
|
|
|
|
|
Ket : *
: Signifikan ** :
Non-signifikan
Statistik
F dari apendiks daftar D adalah :
F
α0,05 = 4,07
F α0,01 =
7,50
F
hitung dibandingkan F table pada α = 0,05 – 0,01
Fh
* > Ft α0,05 - 0,01
84,387 > 4,07-7,50
Ket : Fh :
Faktor hitung
Ft
: Faktor table
* : Signifikan
Oleh f hitung lebih besar dari F table berarti
pengujian bersifat signifikan, artinya ada perbedaan antara keempat perlakuan
untuk mengetahui yang paling berpengaruh diantara perlakuan tersebut, maka
digunakan uji Newman-Keuls
Syi
=
=
=
= 7,97
Dari
daftar E dalam apendiks dengan V = 8 dan α = 0,05, didapat :
P
: 2 3 4
Rentang
: 3,26 4,04 4,53
Harga
rentang yang diperoleh dikalikan dengan 7,97 maka didapat rentang signifikan
terkecil (RST) untuk tiap P sebagai berikut :
P
: 2 3 4
RST
: 18,81 32,20 36,10
Dari
data rata-rata perlakuan disusun mulai dari terkecil ke terbesat
Perlakuan
: A
B C D
Na.
CMC 1%
dexametazone Na. Diklofenak Caflam
Rata-rata
: 33,67 56,67 65,56 83,33
Langkah
terakhir menghasilkan perbandingan antara perlakuan :
A
lawan B : 56,67 – 33,67 = 23 >
18,81 Signifikan
A
lawan C : 65,56 – 33,67 = 31,89 < 32,20 Non signifikan
A
lawan D : 83,33 – 33,67 = 49,66 > 38,10 Signifikan
B
lawan C : 65,56 – 56,67 = 8,89 < 18,81 Non signifikan
B
lawan D : 83,33 – 56.67 = 26,66 < 32,20 Non signifikan
C
lawan D : 83,33 – 65,56 = 17,77 < 18,81 Non signifikan
Tidak ada komentar:
Posting Komentar