Rabu, 13 Februari 2013

JURNAL KFL GOL. VITAMIN (THIAMIN HCL)


ANALISIS KUANTITATIF GOLONGAN OBAT VITAMIN (VITAMIN B1) DENGAN METODE ALKALIMETRI

ABSTRACT
            In this experiment aims to determine the levels of the drug classes vitamin is vitamin B1 to use the appropriate method. The method used to measure the levels of vitamin B1 in tablet dosage vitamin B1 is alkalimetry method. In this method, the sample solution is titrated with a solution of vitamin B1 pentiter 0.1 N sodium hydroxide which is alkaline then the percent level obtained is 98.39%.

ABSTRAK
Pada percobaan ini bertujuan untuk mengetahui kadar golongan obat vitamin yaitu vitamin B1 dengan menggunakan metode yang sesuai. Metode yang digunakan untuk mengukur kadar vitamin B1 dalam sediaan tablet vitamin B1 adalah metode alkalimetri. Pada metode ini, larutan sampel vitamin B1 dititrasi dengan larutan pentiter natrium hidroksida 0,1 N yang bersifat basa maka % kadar yang diperoleh adalah 98,39 %.


PENDAHULUAN
Kimia analitik adalah suatu disiplin yang merupakan tulang punggung ilmu kimia dan tidak dapat diberikan dalam suatu bentuk bahan studi yang saling terpisahkan dari ilmu kimia karena akan menurunkan kemampuan analisis seorang peneliti. (Khopkar, 2010)
Kimia analitik melibatkan penggunaan sejumlah teknik dan metode untuk memperoleh aspek kualitatif, kuantitatif dan informasi struktur dari suatu senyawa obat pada khususnya dan bahan kimia pada umumnya. Analisis kualitatif merupakan analisis yang melakukan identifikasi elemen, spesies dan / atau senyawa – senyawa yang ada didalam sampel. Analisis kuantitatif adalah analisis untuk menentukan jumlah (kadar) absolute atau relatif dari suatu elemen atau spesies yang ada didalam sampel.
Adapun maksud dari percobaan ini adalah untuk mengetahui kadar vitamin B1 yang terdapat dalam tablet vitamin B1 secara alkalimetri.
Adapun tujuan dari percobaan ini adalah untuk mengetahui dan menentukan kadar vitamin B1 yang terdapat dalam tablet vitamin B1 secara alkalimetri.
Adapun prinsip dari percobaan ini adalah berdasarkan titrasi alkalimetri sampel yang bersifat asam dititrasi dengan larutan NaOH yang bersifat basa.
TINJAUAN PUSTAKA
A.    URAIAN TENTANG GOLONGAN OBAT VITAMIN
Vitamin adalah komponen tambahan makanan yang berperan sangat penting dalam gizi manusia. Vitamin sintetik dipakai secara luas untuk menggantikan vitamin yang hilang dan untuk mengendalikan rasa kandungan vitamin dalam makanan. (Deman, J., 1997)
Vitamin, pada umumnya dapat dikelompokkan dalam dua kelompok yaitu vitamin yang larut dalam lemak yakni vitamin A, D, E, K; serta vitamin yang larut dalam air seperti vitamin B dan vitamin C. (Rohman dan Sumantri, 2007)
1.     Vitamin A (Retinol)
Vitamin A ditemukan dalam minyak hati ikan dan berupa 3 – dehidroretinol. (Deman, J., 1997)
2.     Vitamin D
Vitamin D terdiri dari vitamin D2 dan vitamin D3. Vitamin D2 banyak terdapat dalam bahan nabati, sementara vitamin D3 banyak terdapat pada minyak ikan. (Rohman dan Sumantri, 2007)

3.     Vitamin E (Tokoferol)
Tokoferol penting sebagai antioksidan dalam makanan, terutama dalam minyak tumbuhan. (Deman, J., 1997)
4.     Vitamin K
Sumber vitamin K yang baik adalah sayur berwarna hijau tua, kacang polong dan serealia. Produk hewan mengandung sedikit vitamin K, kecuali hati babi yang merupakan sumber yang baik. (Deman, J., 1997)
5.     Vitamin C (Asam L – askorbat)
Vitamin C adalah vitamin yang paling tidak stabil dari semua vitamin dan mudah rusak selama pemprosesan dan penyimpanan. Sumber utama ialah sayur dan buah. (Deman, J., 1997)
6.     Vitamin B
Secara umum, vitamin B1 berperan penting dalam metabolisme didalam tubuh, terutama dalam hal pelepasan energi saat beraktivitas. Sumber utama vitamin B1 berasal dari susu, gandum, ikan dan sayur – sayuran hijau. Vitamin B1 terdiri dari vitamin B1, B2, B3, B5, B6, B7, B9 dan B12.

B.    URAIAN TENTANG VITAMIN B1
Thiamin atau vitamin B1 merupakan gabungan dari senyawa dengan cincin utama pirimidinnya dan senyawa dengan cincin utama tiasol. Karena peranannya sebagai koenzim dalam metabolisme perantara dari asam alfa- keto dan karbohidrat, maka tiamin terdapat pada hampir semua tanaman dan hewan. Sayuran dan buah-buahan mengandung sedikit vitamin B1. Vitamin B1 terdapat dalam jumlah yang tinggi pada biji-bijian, terutama dalam bagian kecambah dan bekatul padi. (Deman, J., 1997)
Vitamin B1 (thiamyne) adalah salah satu dari macam vitamin yang mempunyai tingkat kestabilan yang kurang. Berbagai operasi pengolahan makanan dapat sangat mereduksi kandungan vitamin B1 dalam bahan pangan. Panas, oksigen, belerang dioksida, dan pH netral atau basa dapat mengakibatkan perusakan vitamin B1 ini sedangkan cahaya tidak mengurangi vitamin ini. Thiamin merupakan vitamin larut air yang stabil pada kondisi asam dan tidak stabil dalam kondisi netral atau basa. pH optimumnya adalah pada 2-3. (Deman, J., 1997)
Vitamin B1 berfungsi untuk pengobatan defisiensi vitamin B1 pada kondisi : beri – beri, wernicke’s encephalophyta syndrom, peripheral neuritis yang disertai dengan kehamilan pecandu alcohol dengan komplikasi pada saraf sensor, penderita kelainan metabolik. (PIO, 2009)
C.    ANALISA VITAMIN B1
1.     Metode Spektrofluorometri
Prinsip kerja metode ini adalah tiamin dioksidasi oleh kalium heksasianofera (III) atau kalium ferrisianida menghasilkan tiokrom, suatu senyawa yang berfluoresensi biru. (Rohman dan Sumantri, 2007)
2.     Metode Kolorimetri
Dasar metode ini adalah pereaksi antara tiamin dengan 6 – aminotimol yang telah didiazotasi. Hasil penguraian tiamin tidak menghasilkan warna dengan pereaksi ini.
3.     Metode Alkalimetri
Prinsip kerja dari metode ini adalah dengan adanya hidroklorida dalam tiamin hidroklorida dapat dititrasi dengan natrium hidroksida 0,1 N menggunakan indikator brom timol biru.

4.     Metode Titrasi Bebas Air
Prinsip kerja dari metode ini adalah tiamin hidroklorida dalam asam asetat glasial dapat dititrasi dengan asam perklorat dengan sebelumnya ditambah raksa (II) asetat berlebihan.
5.     Metode Argentometri
Argentometri merupakan titrasi penentuan analit yang berupa ion halida dengan menggunakan larutan standar perak nitrat (AgNO3). Penentuan kadar vitamin B1 dengan menggunakan metode ini karena adanya klorida dalam tiamin hidroklorida.
6.     Metode Gravimetri
Prinsip kerja dari metode ini adalah dengan cara mengendapkan larutan tiamin menggunakan asam silikowolframat.
METODOLOGI PRAKTIKUM
A.    DESAIN PRAKTIKUM
Praktikum dilakukan secara eksperimen sederhana untuk menentukan kadar tiamin dalam tablet vitamin B1 dengan menggunakan metode alkalimetri
B.    WAKTU DAN TEMPAT
Praktikum dilaksanakan pada hari senin tanggal 28 Januari 2013 pada jam 13.00 – selesai di Laboratorium Kimia Farmasi, universitas Indonesia Timur, Makassar.
C.    ALAT DAN BAHAN
1.     Alat – alat yang digunakan
a.     Batang pengaduk
b.    Buret
c.     Corong gelas
d.    Erlenmeyer
e.     Gelas kimia
f.     Gelas ukur
g.    Handscoon
h.     Kompor listrik
i.      Labu takar
j.      Lumpang
k.     Masker
l.      Pipet tetes
m.   Sendok tanduk
n.     Stamper
o.    Statif
p.    Timbangan analitik
2.     Bahan – bahan yang digunakan
a.     Aluminium foil
b.    Aquadest
c.     Indikator brom timol biru 0,04 %
d.    Kertas perkamen
e.     Natrium hidroksida 0,1 N
f.     Tablet vitamin B1
g.    Tissue
D.    METODE KERJA
1.     Penyiapan sampel
Pada percobaan ini disiapkan 10 tablet vitamin B1 yang ditimbang satu per satu, dihitung bobot rata – rata tiap tablet. Tablet digerus hingga halus lalu ditimbang sebanyak 400 mg.
2.     Pembuatan larutan
a.     Pembuatan larutan baku NaOH 0,1 N
Ditimbang NaOH sebanyak 2 gram lalu dilarutkan dengan aquadest. Dimasukkan campuran tersebut ke dalam labu takar 500 ml dan cukupkan volumenya sampai tanda batas dan homogenkan.
b.    Pembuatan larutan baku NaOH 0,01 M
Ditimbang NaOH sebanyak 0,004 gram lalu dilarutkan dengan aquadest. Dimasukkan campuran tersebut ke dalam labu takar 500 ml dan cukupkan volumenya sampai tanda batas dan homogenkan.
c.     Pembuatan larutan indikator brom timol biru 0,04 %
Ditimbang brom timol biru sebanyak 100 mg lalu dilarutkan dengan NaOH 0,01 M sebanyak 16 ml lalu dihomogenkan. Kemuadian diencerkan dengan aquadest sebanyak 2,34 ml sampai membentuk larutan.
d.    Pembuatan pelarut air bebas CO2
Dipanaskan aquadest secukupnya yang ditutup dengan aluminium foil sampai mendidih. Setelah mendidih, aluminium foil dibuka.
3.     Prosedur kerja
Ditimbang tiamin hidroklorida sebanyak 400 mg lalu dilarutkan dengan 75 ml air bebas CO2. Larutan dititrasi dengan NaOH 0,1 N menggunakan indikator brom timol biru 0,04 %.
HASIL DAN PEMBAHASAN
A.    TABEL PENGAMATAN
Rep.
Volume
Sampel
Pembacaan Skala Buret
Volume Titrasi
(ml)
Rata – Rata
(ml)
Titik awal
Titik akhir
1.
0,04 g
0 ml
13 ml
13 ml
11,67 ml
2.
0,04 g
13 ml
23 ml
10 ml
3.
0,04 g
23 ml
35 ml
12 ml

B.    REAKSI YANG TERJADI

C.    PERHITUNGAN PENETAPAN KADAR
1.    

2.     Mgrek NaOH  =  Mgrek zat uji
V × N       =  mg / BE
11,67 × 0,1   =  mg / 337,27
1,167       =  mg / 337,27
mg          =  337,27 × 1,167
               =  393,59 mg
3.    
4.    
D.    PEMBAHASAN
Alkalimetri adalah analisis volumetrik yang menggunakan larutan baku basa untuk menentukan jumlah asam yang ada. Alkalimetri termasuk reaksi netralisasi yakni reaksi antara ion hydrogen yang berasal dari asam dengan ion hidroksida yang berasal dari basa untuk menghasilkan air yang bersifat netral.
Pada analisis kadar vitamin B1 ditimbang kurang lebih 400 mg tiamin HCl kemudian dilarutkan dalam 75 ml aquadest bebas CO2. Kemudian dititrasi dengan NaOH 0,1 N dengan menggunakan larutan indikator brom timol biru 0,04 %, diamati hingga terjadi perubahan dari jingga menjadi hijau kebiruan.
Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan dengan pengolahan data diperoleh % kadar tiamin HCl adalah 98,39 % dan % kemurnian kadar tiamin HCl adalah 100,397 %. Hal ini sesuai dengan syarat pada Farmakope Indonesia Edisi III yakni tidak kurang dari 98,0 % dan tidak lebih dari 101,0 %.
KESIMPULAN
Berdasarkan percobaan yang dilakukan diperoleh % kadar vitamin B1 adalah 98,39 % dan % kemurnian dalam tablet vitamin B1 adalah 100,397 %, dimana kadar tersebut sesuai dengan Farmakope Indonesia Edisi III yaitu kadar tiamin hidroklorida tidak kurang dari 98,0 % dan tidak lebih dari 101,0 %.
DAFTAR PUSTAKA
Deman, John. 1997. Kimia Makanan. ITB : Bandung
Depkes RI. 1979. Farmakope Indonesia Edisi III. Dirjen POM : Jakarta.
Depkes RI. 1995. Farmakope Indonesia Edisi IV. Dirjen POM : Jakarta.
Depkes RI. 2009. Pelayanan Informasi Obat. Dirjen POM : Jakarta.
Gandjar, I. G. 2009. Kimia Farmasi Analisis. Pustaka Pelajar : Yogyakarta.
Khopkar. 2010. Konsep Dasar Kimia Analitik. University Indonesia Press : Jakarta.
Lachman, Leon, dkk. 1994. Teori dan Praktek Farmasi Industri 2. University Indonesia Press : Jakarta.
Rohman dan Sumantri. 2007. Analisis Makanan. Gadjah Mada University Press : Yogyakarta.
Syamsuni. 2006. Ilmu Resep. EGC : Jakarta.
Watson, David. 2009. Analisis Farmasi. EGC : Jakarta.
SKEMA KERJA

1 komentar: